Siti Rima Sarinah
(Aktivis Dakwah)
#MutiaraAl-Qur'an - Seorang muslim, setiap amal perbuatannya harus disandarkan pada hukum syariat Islam. Sebab, semua perbuatan yang dilakukan manusia akan mendapatkan balasan yang setimpal. Bahkan seluruh anggota tubuh manusia, mata, telinga, mulut, tangan dan kaki pun diarahkan untuk melihat, mendengar, berbicara dan menggunakan kaki dan tangan semata-mata untuk kebaikan. Allah Swt. menginginkan makhluk yang Dia ciptakan dengan penuh kesempurnaan hanya berbuat dan bersikap sesuai kehendak-Nya.
Lisan merupakan salah satu bagian dari tubuh manusia yang bisa digunakan untuk kebaikan dan bisa juga untuk keburukan. Inilah pentingnya menjaga lisan yang merupakan bagian dari adab bagi seorang muslim. Malah, lisan diibaratkan pisau yang apabila salah dalam menggunakan akan melukai hati banyak orang. Setiap kalimat yang keluar dari lisan kita akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah Swt., maka seorang muslim seharusnya berpikir lebih dahulu sebelum menyampaikan perkataannya kepada orang lain.
Untuk itu, Allah Swt. memerintahkan malaikat mencatat setiap ucapan manusia yang baik maupun yang buruk. Allah Swt. berfirman,”Dan sesungguhnya Kami telah menciptakan manusia dan mengetahui apa yang dibisikkan oleh hatinya, dan Kami lebih dekat kepadanya dari pada urat lehernya, (yaitu) ketika dua orang malaikat mencatat amal perbuatannya, seorang duduk disebelah kanan dan yang lain duduk disebelah kiri. Tiada suatu ucapan pun yang diucapkannya melainkan di dekatnya malaikat yang selalu hadir.”(TQS Qaaf: 18). Hal serupa juga disampaikan oleh Rasulullah saw. dalam sabdanya, "Siapa yang beriman kepada Allah dan hari akhir, hendaklah ia mengatakan yang baik atau diam.” (HR Bukhari dan Muslim)
Begitu banyak perbuatan lisan yang mengandung dosa. Menjaga lisan mungkin tidak mudah, apalagi manusia sebagai makhluk sosial yang senantiasa menggunakan lisannya dalam berkomunikasi. Gosip, adu domba, pembicaraan yang tidak bermanfaat, perdebatan, bercanda berlebihan dan mengejek oran lain adalah perbuatan lisan yang akan menjerumuskan manusia pada dosa. Anehnya, masih banyak orang yang seringkali melisankan apa yang tak ia sadari mengantarkannya pada dosa.
Apalagi kita hidup saat teknologi makin canggih, memudahkan seseorang untuk menyampaikan apa yang ia inginkan. Kita banyak melihat di media sosial orang bebas mengungkapkan pendapatnya sesuka hati. Tanpa memikirkan apakah yang disampaikannya akan melukai orang lain atau bisa menjadi fitnah. Kebebasan berpendapat yang serba bebas disampaikan oleh lisan manusia di fasilitasi oleh sistem yang menihilkan peran agama dari kehidupan (sekularisme). Sistem ini memberi kewenangan kepada manusia untuk berbuat sesuka hatinya dan kerap kali melanggar rambu-rambu kemanusiaan.
Kebebasan berpendapat ini juga digunakan dalam aktivitas politik dengan tujuan menjatuhkan rival politiknya. Akun-akun dengan konten negatif yang membicarakan keburukan, kejelekan dan bahkan hinaan pada seseorang banyak berseliweran di media sosial yang menjadi konsumsi publik setiap hari. Yang akhirnya publik banyak yang termakan dengan akun-akun tersebut, tanpa mengecek terlebih dahulu kebenaran informasi tersebut. Saling menjelekkan dan mengungkap keburukan lawan politik, menjadi hal yang biasa dalam sistem kapitalisme-sekuler. Tujuannya adalah menarik simpati publik untuk beralih, mendukung dan memberikan suaranya kepada salah satu partai politik.
Fakta ini seharusnya menyadarkan kita khususnya seorang muslim untuk cerdas menggunakan media sosial agar tidak terjerumus pada bahaya lisan yang akan mengantarkan pada dosa. Kecanggihan teknologi seharusnya dapat membantu dan memudahkan manusia untuk memilih dan memilah informasi yang benar tanpa ada unsur hoax atau pun mengungkapkan keburukan orang lain. Tidak satu pun manusia boleh menjelek-jelekkan atau menghina manusia yang lain, karena Allah Swt. telah menciptakan mahkluk-Nya dengan sebaik-baik bentuk.
Oleh karena itu, seorang muslim harus memahami rambu-rambu dalam menggunakan lisan dalam bersosial media. Kita tidak boleh lupa bahwa Allah Swt. menciptakan lisan untuk menyampaikan amar makruf nahi mungkar (dakwah) agar kebaikan tersebar di seluruh penjuru bumi. Dan cerdaslah dalam menggunakan teknologi dan menjadikan sosial media sebagai wasilah dakwah untuk mengubah kondisi kehidupan kita yang buruk menjadi kondisi yang lebih baik dengan suasana keimanan.
Menyampaikan pendapat dengan lisan, merupakan bagian dari dakwah. Namun yang harus diperhatikan adalah gunakanlah lisan untuk menyampaikan informasi dan ilmu yang memberi manfaat dan kemaslahatan bagi umat manusia. Alhasil, wajib bagi seorang muslim untuk pandai menjaga lisannya, karena lisan menunjukkan identitas, kecerdasan dan kehormatan seorang muslim yang dikaitkan dengan keimanannya kepada Allah swt. Wallahualam.
0 Komentar