Nasib Malang Generasi Tawuran
#SuaraMuslimah - Ditemukannya 7 mayat 'anak bangsa' di Bekasi, jadi sorotan berita nasional. Dugaan dan polemik terkait kematian 7 remaja Bekasi ini beredar makin santer, seputar kenapa dan bagaimana anak bangsa ini meninggal dalam keadaan tenggelam.
Pelajaran apa yang bisa diambil banyak pihak dari kejadian ini? Jawabannya terlampir dalam rangkuman wawancara Muslimah Jakarta dengan seorang tokoh Praktisi Pendidikan, Ibu Hana Dwi Windayati, S.Pd., dalam rubrik Suara Muslimah berikut ini.
MJ: Mungkin Ibu sudah membaca berita meninggalnya 7 remaja di kali Bekasi. Apa yang bisa Ibu paparkan terkait kondisi generasi kita hari ini, Bu?
Tokoh: Sungguh miris dan sedih melihat kondisi remaja kita... mati sia-sia... seseorang akan dimatikan sesuai kebiasaannya. Meninggalnya 7 remaja dini hari dikarenakan tawuran, ini bisa jadi adalah kebiasaan mereka yang akrab dengan kehidupan malam. Harusnya mereka sedang istirahat dirumah. Malah mereka berada di luar rumah. Ini menunjukkan mereka tidak memiliki aktivitas positif.
MJ: Tawuran saat ini tidak sekadar gejala saja, tetapi sudah jadi penyakit sosial di tengah-tengah generasi negeri ini, bahkan jadi salah satu faktor penyumbang kriminalitas. Bagaimana pendapat Ibu?
Tokoh: Setuju sekali, karena orang yang melakukan tawuran pastinya memiliki riwayat dan kebiaasan yang tidak baik dilingkungan sosial masyarakat, sehingga dapat memacu sikap yang merugikan di lingkungan.
MJ: Siapa yang bertanggung jawab atas hal ini, Bu?
Tokoh: Keluarga dan pemerintah. Keluarga memiliki peran yang penting dalam mendidik anak dan memberikan pendidikan yang baik, sehingga anak memiliki pengetahuan yang ahsan. Kurangnya perhatian yang diberikan oleh orang tua, menyebabkan pendidikan anak menjadi tidak terkontrol. Pemerintah juga bertanggung jawab karena bisa jadi faktor ekonomi yang membuat mereka tidak betah di rumah dan melakukan tindak kriminalitas di luar sana. Pemerintah juga tidak membekali hukuman yang sesuai kepada pelaku kriminal sehingga mereka tidak jera untuk melakukan tindakan kriminal.
MJ: Jakarta sendiri sudah mencanangkan car free night setiap bulan. Bagaimana dengan solusi seperti ini?
Tokoh: Kurang tepat. Selagi belum ada kesadaran dari masing-masing individunya. Bila seperti itu mereka hanya takut pada aturan pemerintah, bukan takut kepada aturan Islam. Jadi, sebaiknya solusi yang tepat adalah membekali mereka dengan pengetahuan- pengetahuan syar'i dan pendidikan Islam.
MJ: Menurut Ibu apa yg menjadi akar masalahnya?
Tokoh: Kurangnya pemahaman akidah yang dimiliki. Kehidupan yang sekuler membenarkan pergaulan bebas dan kehidupan malam, serta faktor ekonomi.
MJ: Jika kita kembalikan pada aturan Islam, apa kebiasaan tawuran ini bisa dihilangkan paripurna, Bu?
Tokoh: InsyaAllah bisa. Karena aturan Islam adalah hukum Allah yang berlaku. Tentunya seseorang yang menjunjung tinggi aturan Islam, akan berpikir kembali dalam melanggar norma-norma yang sudah diatur dalam Islam. Para remaja sibuk memperbaiki diri dan sibuk menambah keimanan kepada Allah. Sistem pendidikan Islam akan memperbaiki akidah dan akhlak para generasi muda.
0 Komentar