Potret Generasi Emas di Masa Kegemilangan Islam



Siti Rima Sarinah

(Aktivis Dakwah)


#Wacana - Selama 1300 tahun lamanya, Islam berjaya menorehkan tinta sejarah keberhasilan mencetak generasi emas yang mumpuni di berbagai bidang keilmuan. Bahkan, berkontribusi besar pada peradaban dunia hingga hari ini. Kita sebagai seorang muslim tentu merasa bangga dengan kesuksesan Islam dalam mendidik generasi yang hebat ini. Sederet nama dari ilmuwan, polimatik, penakluk sampai penemu, semua berasal dari kalangan kaum muslim. Keberhasilan Islam dalam dunia pendidikan menjadi mercusuar keilmuan yang sampai-sampai para Raja Rowawi menitipkan anak-anak mereka untuk menimba ilmu di Daulah Khilafah.


Generasi merupakan harapan masa depan bangsa dan peradaban. Mereka pewaris tongkat estafet perjuangan. Hal ini tentu sangat dipahami oleh orang tua yang memiliki amanah untuk menghasilkan generasi berkualitas dengan izin Allah Swt.. Generasi yang memiliki keimanan yang kuat, berjiwa pemimpin, berkepribadian Islam, dan mampu menjadi agen perubahan di mana pun ia berada.


Keluarga menjadi sekolah pertama dan utama dalam mendidik generasi. Keluarga adalah lingkungan pertama bagi anak untuk belajar mengenal Penciptanya, belajar akhlak, dan belajar bagaimana cara agar Islam dapat diterapkan dalam kehidupan. Oleh sebab itu, keluarga haruslah memiliki visi ideologis agar dapat menjadi pondasi yang kuat bagi perkembangan anak dari sejak lahir hingga ia siap menjadi pembela agamanya. Rasulullah saw. bersabda, “Tiada suatu pemberian yang lebih utama dari orang tua kepada anaknya selain pendidikan yang baik.” (HR al-Hakim)


Rasulullah saw. dan para sahabat adalah sosok teladan keluarga muslim yang mampu menjadikan keluarganya sebagai keluarga pejuang yang terpercaya dan gigih berjuang menegakkan Islam di muka bumi ini dengan harta, darah, bahkan nyawanya. Mereka pun tidak akan membiarkan anak-anak dan keluarganya berada dalam kesesatan karena keluarga menjadi prioritas dalam memperjuangkan Islam. Tampak jelas betapa pentingnya peran keluarga bagi keberlangsungan dakwah dan perjuangan agama ini.


Tak bisa dimungkiri, Rasulullah saw. dan para sahabatnya dalam membentuk keluarga pejuang tidak lepas dari sistem Islam yang menaunginya. Seperangkat hukum Islam yang diterapkan secara sempurna dalam kehidupan mampu menciptakan lingkungan yang kondusif, sehingga anak-anak muslim terdidik dari sejak dini untuk mencintai ilmu dan berlomba-lomba meraih ilmu sebanyak-banyak agar di kemudian hari ilmu tersebut bisa bermanfaat bagi umat.


Islam menjadikan pendidikan sebagai wadah untuk mendidik generasi bukan hanya fakih di bidang agama, melainkan juga menguasai ilmu dunia, dan memiliki pola pikir dan pola sikap (kepribadian Islam), serta mampu menyelesaikan persoalan kehidupan sesuai cara pandang syariat Islam. Kehidupan generasi muslim diwarnai dengan ilmu dan berupaya menguasai berbagai bidang keilmuan karena mereka memahami posisi mereka sebagai tongkat estafet peradaban.


Namun sayangnya, potret generasi cemerlang ini tidak tampak lagi dihadapan kita. Saat ini generasi lebih gemar melakukan kerusakan yang mengakibatkan hilangnya identitas jati diri mereka sebagai seorang muslim. Penemuan tujuh jenazah remaja laki-laki di Bekasi, menambah daftar panjang korban tewas akibat tawuran. Hampir di setiap jengkal wilayah di negeri ini, remaja suka tawuran yang kerap kali mengarah pada kriminalitas (tirto.id, 25/9/2024).


Kerusakan generasi tidak lepas dari abainya peran keluarga dan negara sebagai pihak yang bertanggung jawab untuk menjaga generasi. Sistem pendidikan kapitalisme- sekulerlah yang menjadi biang kerok generasi bangsa ini di ambang kehancuran. Tidak ada penjagaan terhadap media, sehingga situs dan konten yang rusak dan menyimpang berseliweran di dunia maya dan sangat mudah di akses oleh generasi. 


Kurikulum pendidikan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan menyebabkan generasi hanya menganggap agama sebagai ranah privat, agama diabaikan dalam kehidupan dan diganti dengan aturan dari hawa nafsu manusia. Sekolah hanya mencetak generasi yang pintar di atas kertas, tetapi miskin moral dan rapuhnya mental mereka menghadapi tantangan kehidupan. Kerapuhan mental inilah yang mengakibatkan generasi memilih jalan pintas dengan mengakhiri hidupnya, karena tidak mampu menghadapi berbagai persoalan kehidupan.


Walhasil, negara pun dibuat kalang kabut akibat kerusakan dan kenakalan generasi yang sangat sulit untuk diantisipasi. Walaupun berbagai upaya dan program untuk mencegah kerusakan generasi dibuat, tetapi hingga saat ini upaya tersebut tidak kunjung berhasil. Generasi tetap dalam kerusakan dan semakin brutal, bahkan mereka sudah terbiasa melakukan sesuatu semaunya. Program mewujudkan generasi emas 2045 hanyalah ilusi tanpa realisasi.


Saat ini umat butuh sistem Islam sebagai satu-satunya sistem yang mampu menghadirkan generasi emas yang unggul dan bermental juara. Negara Islam  pun benar-benar melaksanakan perannya sebagai penjaga generasi dan keluarga dari serangan ide-ide yang merusak. Umat akan dapat mengulang kembali sejarah kegemilangan emas dalam mencetak generasi pembangun peradaban Islam yang mulia. Inilah harapan yang harus menjadi agenda utama bagi seluruh kaum muslim. Wallahua’alam bishawab.

Posting Komentar

0 Komentar