Ruruh Hapsari
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
#Wacana - Pada tanggal 17 September 2024 lalu, Festival Urban Farming dibuka oleh Pejabat Gubernur DKI Jakarta, Heru Budi Hartono. Terletak di Taman Ismail Marzuki, Heru menyatakan bahwa urban farming dapat menghasilkan pangan bergizi bagi keluarga dan membantu mengendalikan inflasi daerah maupun nasional (detik.com, 17/9/2024). Heru melanjutkan bahwa dengan adanya urban farming ini, maka Jakarta akan lebih cepat mengatasi stunting dengan memanfaatkan aneka hasil panen sayuran dan buah-buahan.
Dinas Ketahanan Pangan, Kelautan dan Pertanian (DKPKP) Provinsi DKI Jakarta pada 2023 mencatat, urban farming yang dikembangkan bersama warga menghasilkan 80.834,64 ton tanaman hortikultura dan 1.326,41 ton tanaman pangan saat panen (tirto.id, 23/8/2024).
Tingginya Angka Stunting
Secara umum, angka stunting di Indonesia memang masih tinggi. Menurut data Kementerian Kesehatan, masih ada 21,6 persen anak di bawah usia lima tahun yang mengalami stunting. Tahun lalu, Pemerintahan Provinsi DKI Jakarta mengklaim telah mengatasi angka stunting hingga 20 persen. Namun, masih ada sebanyak 36.000 balita yang dinyatakan memiliki masalah gizi dan rawan terkena stunting (Kompas.com, 24/7/2023).
Tingginya tingkat stunting di negeri ini menjadi perhatian Direktur Eksekutif Fokus Kesehatan Indonesia (FKI) yang juga mantan Menteri Kesehatan, Nila F. Moeloek. Ia menyatakan bahwa sanitasi dan akses air bersih merupakan dua hal yang menjadi faktor penting dalam mencegah stunting.
Dilansir oleh jawapos.com, bahwa FKI juga mengkaji bahwa terdapat dua tema besar dalam program pencegahan stunting. Pertama, pencegahan terhadap anemia. Bahwasanya, bagi perempuan juga ibu hamil asupan zat besinya harus mencukupi. Selain itu, dari hasil kajian FKI bahwa keluarga stunting terkonsentrasi di daerah 3T (tertinggal, terpencil, dan terdepan). Hal tersebut karena sangat erat kaitannya dengan sanitasi dan air bersih, rawan mengalami infeksi atau gangguan Kesehatan (19/9/2024).
Nila menekankan bahwa pencegahan stunting tidak bisa hanya fokus dengan intervensi gizi semata. Ia menjelaskan tujuh rekomendasi FKI untuk mencegah stunting jangka panjang yang salah satunya adalah komitmen dan intervensi pemerintah dari hulu ke hilir.
Urban Farming
Salah satu fokus pemerintah dalam mengatasi stunting adalah dengan peningkatan gizi seimbang. Di Jakarta sendiri, Pejabat Gubernur DKI Jakarta mengatakan bahwa urban farming dilakukan untuk memperkuat ketahanan pangan bagi warga metropolitan.
Urban farming merupakan budidaya tanaman melalui konsep pertanian perkotaan. Di Jakarta, aktivitas urban farming (pertanian perkotaan) berlangsung di pekarangan, gang/pemukiman, lahan kosong yang belum dimanfaatkan hingga perkantoran.
Keseriusan Pemprov DKI dalam urban farming ini tidak main-main. Demi mewujudkan target panen tahun ini mencapai 82.855,64 ton tanaman hortikultura dan 1.359,57 ton tanaman pangan, maka sudah ada penyebaran bibit buah-buahan mencapai 75.000 pohon serta penanaman sayuran hingga 25 juta tanaman.
Selain itu, Pemprov DKI Jakarta juga mengeluarkan Pergub No. 54 tahun 2022 mengenai pembebasan pajak bumi dan bangunan terhadap lahan yang digunakan aktifitas pertanian, peternakan, dan perikanan.
Tidak hanya itu, DKPKP Provinsi DKI Jakarta juga memberikan bibit tanaman gratis diikuti pelayanan proteksi tanaman kepada masyarakat. Fasilitas yang diberikan pun lengkap seperti benih buah-buahan, sayuran, pupuk, media tanam serta alat-alat pertanin seperti cangkul, polybag, dan sebagainya. Untuk pemasarannya pun Pemprov DKI juga membantu dalam bentuk bazar hingga mengadakan promosi dan apresiasi dalam bentuk kegiatan Festival Urban Farming.
Intervensi Pemerintah
Urban farming terlihat menjadi solusi praktis di tengah masalah nyata yang sedang dihadapi. Walaupun pemerintah daerah serius dan tidak main-main dalam menjalankannya, justru di sana sangat terlihat bahwa pemerintah sedang menutupi sesuatu yang sangat besar, yaitu ketidakbecusan penguasa dalam melayani warganya.
Dengan diiming-imingi ini dan itu, rakyat bekerja untuk mencapai target panen raya. Rakyat sejatinya sedang ditipu, bahwa sesungguhnya yang wajib bekerja melayani warga adalah penguasa bukan dari rakyat dan untuk rakyat.
Masalah pokok yang menjadikan tingkat stunting tinggi di negeri ini erat kaitannya dengan tingkat kesejahteraan rakyat. Hal ini menjadi pekerjaan rumah yang terus membayangi di seluruh negeri berasaskan demokrasi.
Rakyat menjadi sejahtera bukan hanya pada masalah perut, tetapi segala kebutuhan pokok dapat terjangkau dengan mudah dan murah. Betapa saat ini badai PHK terus meningkat dan membayangi para pekerja. Di lain sisi, harga kebutuhan pokok terus merangkak naik. Hal yang sama juga terjadi dengan biaya pendidikan yang tidak berpihak pada rakyat kecil. Belum lagi tingkat kriminalitas yang juga tidak ada habisnya.
Semua itu tentu harus ada intervensi pemerintah dalam menyelesaikannya. Seperti dalam hadis Bukhari Muslim, Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Seorang imam adalah pemelihara dan pengatur urusan (rakyat) dan ia akan dimintai pertanggungjawaban terhadap rakyatnya.”
Stunting merupakan salah satu akibat dari masalah akar yang tidak terselesaikan. Kapitalisme telah gagal dalam mengatasi kemiskinan. Hal ini berbanding terbalik dengan Islam yang memberikan jaminan atas kebutuhan pokok tiap individu yang diberikan pada tiap warga negara bukan hanya yang muslim saja. Selain itu, Islam juga mengatur masalah kepemilikan, sehingga diharamkan bagi individu maupun kelompok untuk menguasai harta milik umum seperti tambang.
Dengan menggunakan syariat sebagai asas, maka negara akan terbebas dari masalah kemiskinan, kelaparan ataupun stunting. Karena sesungguhnya Islam bukan hanya agama ritual semata. Islam merupakan ideologi yang mempunyai cara yang lengkap untuk menyelesaikan masalah individu hingga menyelenggarakan negara. Wallahu’alam bishawab.
0 Komentar