Suara Muslimah



 

Paradoks Politik Praktis Pilkada Jakarta

- Pilkada Jakarta selalu menjadi pusaran kepentingan elite partai. Hal inilah yang membuat Pilkada Jakarta memang selalu 'istimewa' untuk dikawal. 

Selain karena Jakarta masih sebagai 'magnet' kepentingan strategis, Jakarta juga tempat yang membawa 'prestise' bagi calon terpilih. Bagaimana Pilkada Jakarta tahun ini, apakah kepentingan rakyat yang akan menang?

Simak wawancara tokoh kali ini dengan seorang Aktivis Dakwah Jakarta, Ibu Ziah Karim, untuk mengurai jawabannya. 


MJ: Bagaimana Ibu melihat kontestasi Pilkada Jakarta kali ini? 

Tokoh: Seperti biasa, layaknya audisi-audisi yang saat ini marak dan yang pasti ramai acaranya. Siapa saja bisa ikut sebagai kontestan asal ada dukungan parpol atau independen (dengan duit yg banyak atau program-program yang bisa terwujud atau bisa jadi cuma khayalan). Sudah menjadi rahasia umum bahwa pemenangnya tersuratkan sebelum perlombaan dimulai. 


MJ: 'Kutu loncat' muncul dalam warta media Pilkada Jakarta kali ini, apa maksudnya, Bu?
 
Tokoh: Melihat tanggapan opini masyarakat dan peluang bakal calon untuk memenangkan kontestasi politik praktis daerah Jakarta, maka aturan dan calon yang adapun bisa berubah setiap saat dan begitu juga pada para pendukungnya, selalu menyesuaikan dengan porsi kepentingan dan kemenangan yang hendak diraih. 


MJ: Mengapa Pilkada Jakarta selalu menjadi topik menarik dalam gelaran pemilihan pemimpin daerah, seberapa besar pengaruhnya terhadap wilayah lain, Bu? 

Tokoh: Jakarta selain sebagai kota industri juga kota 'prestise' dan 'magnet' kepentingan strategis-politik bagi para calon kontestan pilkada.  Penduduk Jakarta yang beragam latar belakang dan kepentingan serta aktif di medsos/memberi pengaruh, khususnya suara politik kepada parpol, penguasa, dan pengusaha yang mempunyai kepentingan serta pihak-pihak lain yang terlibat. Ditambah lagi, keistimewaan Jakarta juga sebagai pilot project bagi kota-kota lainnya. 


MJ: Dilihat dari beragamnya karakter dan aktivitas penduduk Jakarta, pemimpin daerah seperti apa sebenarnya yang diharapkan oleh masyarakat Jakarta, Bu? 

Tokoh: Pemimpin yang akan terus membuat penduduk Jakarta menjadi sejahtera; Jakarta menjadi kota yang maju, beradab, mudahnya mengurus perizinan usaha dan kepentingan umum; transportasi mudah, murah, dan terintegrasi/terkoneksi.


MJ: Apa proses Pilkada Jakarta dalam sistem kapitalisme-demokrasi mampu mewujudkannya? 

Tokoh: Tidak akan pernah bisa, karena akad awalnya yang batil/bahkan haram. Terindikasi dari tarik-menariknya kepentingan antara parpol dan bakal calon yang diusung, tidak sejak awal membawa kepentingan-kepentingan masyarakat Jakarta. 'Kutu loncat', janji politik, dan nantinya kebijakan yang dihasilkan selalu berpihak pada oligarki, tidak akan menghasilkan kemajuan hakiki dan keberkahan. 


MJ: Jika tidak mungkin memunculkan  pemimpin daerah sesuai harapan masyarakat Jakarta dengan skema demokrasi-sekuler ini, bagaimana seharusnya sikap masyarakat Jakarta memperjuangkan pemimpin daerah yang sesuai harapan? 

Tokoh: Terus berjuang untuk perubahan dengan dakwah pemikiran, terus berinovasi menciptakan pertumbuhan baru sesuai syariat, berupaya melepaskan diri dari sistem kapitalisme-demokrasi dalam skala mikro maupun makro untuk Jakarta dan kota-kota lainnya, untuk Indonesia bahkan dunia. Wallahualam bissawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar