Cinta Nabi: Meneladani Syariah-Nya




#Reportase — Jakarta, 13 Oktober 2024, di salah satu masjid di Jakarta, para tokoh muslimah berkumpul untuk memperingati Maulid Nabi Muhammad saw.. Acara yang diselenggarakan dengan semangat kebersamaan ini dihadiri oleh berbagai kalangan, mulai dari mubaligah, pengusaha, hingga tokoh muslimah yang aktif dalam kegiatan dakwah.

Acara dimulai dengan sambutan hangat dari panitia penyelenggara. Dalam sambutannya, panitia menekankan pentingnya memperingati kelahiran Nabi sebagai bentuk ungkapan syukur atas nikmat Islam yang diperoleh umat manusia. Mereka menyatakan bahwa saat ini, umat muslim menghadapi berbagai tantangan, termasuk praktik korupsi dan penerapan ideologi sekuler yang bertentangan dengan ajaran Islam.

Dilanjutkan dengan pemaparan dari dua pembicara unggulan, Ustazah Hj. Irma Wahidah dan Ustazah Supini. Ustazah Hj. Irma Wahidah membuka sesi dengan menjelaskan tentang cinta kepada Nabi Muhammad saw., menekankan pentingnya meneladani akhlak dan perilaku Nabi dalam kehidupan sehari-hari. "Meneladani Rasulullah adalah cara kita menunjukkan cinta kepada beliau. Cinta tidak hanya diucapkan, tetapi harus diwujudkan dalam tindakan," ungkapnya dengan penuh semangat.

Ustazah Supini kemudian melanjutkan sesi dengan membahas tentang konsep  Islam moderat. Islam moderat adalah pemahaman Islam yang disesuaikan dengan pemikiran, pemahaman, dan peradaban Barat. Muslim moderat adalah sosok muslim yang menerima, mengadopsi, menyebarkan, dan menjalankan pemahaman Islam ala Barat.

Selanjutnya, pembawa acara memperkenal pemateri berikutnya Ustazah Supini, S.P., yang akan menyampaikan materi tentang "Hakekat Mencintai Nabi dan Konsekuensinya".

Beliau memaparkan bahwa mencintai Nabi adalah wujud dari keimanan. Mencintai Nabi adalah masalah keimanan, sebagaimana hadis Nabi saw.:

لا يُؤْمِنُ أَحَدُكُمْ حَتَّى أكون أحب إليه من وَالِدِهِ وَوَلَدِهِ وَالنَّاس . أجمعين رواه البخاري

"Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian sehingga menjadikan aku lebih ia cintai dari orang tuanya, anaknya, dan seluruh manusia." (HR Bukhari)

Juga dalam QS at-Taubah ayat 24.  Ancaman Allah bagi siapa saja yang lebih mencintai orang lain dibandingkan mencintai Nabi:

قل ان كان اباؤكم وابناؤكم واخواتكم وازواجكم وعشيرتكُم وَامْوَالُ . اقترفتموها وتجارة تخشون كسادها ومسكن ترضونها أحب إليكم من الله وَرَسُوله وجهاد في سبيله فتَرَبَّصُوا حَتَّى يَأْتِي الله بامره والله لا يهدَى القَومَ الفَسْقِينَ

"Katakanlah, "Jika bapak-bapak, anak-anak, saudara- saudara, isteri-isteri, kaum keluarga, harta kekayaan yang kamu usahakan, perniagaan yang kamu khawatiri kerugiannya, dan rumah-rumah tempat tinggal yang kamu sukai adalah lebih kamu cintai lebih daripada Allah dan Rasul Nya dan (dari) berjihad di jalanNya, maka tunggulah sampai Allah mendatangkan keputusanNya". Dan Allah tidak memberi petunjuk kepada orang-orang yang fasik." [At-Taubah/9: 24]


Lalu beliau melanjutkan dengan menyampaikan bahwa wajib hukumnya mencintai Nabi:

النبي أولى بالمُؤْمِنِينَ مِنْ انْقُسُهِم .

"Nabi itu (hendaknya) lebih utama bagi orang- orang mukmin dari diri mereka sendiri." [Al-Ahzab/33: 6]

Selanjutnya beliau mengatakan bagaimana cara mencintai Nabi, yaitu dengan ittiba atau mengikuti Nabi secara kafah, dengan menjalankan 3 asas: 

Asas pertama, ketaqwaan individu. Asas kedua, kontrol individu dan masyarakat. Asas ketiga, adanya Negara Islam yang akan menerapkan seluruh syariat Islam.

Untuk itu, jika khalifah dan Negara Islam ini terwujud, di samping adanya ketakwaan individu, masyarakat, dan pemerintah (khalifah dan para pembantunya), niscaya semua hukum Islam akan dapat diterapkan secara utuh, sehingga umat akan mampu melakukan ittiba kepada Nabi saw. secara kafah.

Yang tidak kalah menarik ada pada sesi tanggapan dari peserta. Penanggap pertama Ibu Hj. Mamah Mardiana, S.Ag., dari Munjul, beliau mengatakan senang mengikuti acara dan materi sangat edukatif. Beliau sepakat dengan materi yang telah disampaikan oleh para pemateri.

Penanggap yang kedua, Ibu Hj. Yunis dari Cibubur, tidak jauh berbeda dari penanggap yang pertama hanya lebih kepada peluang menjadikan atau menerapkan aturan Islam dengan jalan demokrasi.

Penanggap ketiga, Ibu Lusi Amanda, S.E., perwakilan dari Alumni TMMP, mengutip statement beliau, “Sudah semestinya kita membuktikan diri kita bahwa mencintai Nabi harus dengan mentaati syariat yang dibawa oleh Nabi kita."

"Kita tidak boleh mengikuti paham/ide moderasi beragama juga pluralisme karena hanya akan membuat umat Islam semakin jauh dr pemikiran Islam. Umat Islam semestinya mengikuti syariat Allah Swt., baik yang kita sukai ataupun yang kita tidak sukai."

Dengan semangat yang menggebu, hadirin menyatakan komitmen untuk semakin mencintai dan meneladani Rasulullah Muhammad saw. dalam kehidupan sehari-hari. Peringatan Maulid ini menjadi momentum untuk menguatkan iman dan solidaritas antar tokoh muslimah.

Acara diakhiri dengan pembacaan doa yang dibawakan oleh Ustazah Asih, S.P.. Para peserta dengan khusuknya menyimak dan mengamini doa yang dipanjatkan. Berharap agar Allah Swt. selalu memberikan petunjuk dan rahmat-Nya kepada umat muslim.[]



Posting Komentar

0 Komentar