#Jakarta — Dalam beberapa hari terakhir, media sosial dihebohkan dengan video aksi berbahaya sekelompok bocah di atas motor ugal-ugalan. Kejadian tersebut terekam di Jembatan Malaka, Cipayung, Jakarta Timur, dan berhasil menarik perhatian warganet karena mempertontonkan sebuah atraksi yang sangat berisiko. (enamplus.liputan6.com, 16/10/2024)
Dalam video yang beredar, terlihat sekelompok anak-anak melakukan stunt dengan motor yang melaju kencang. Beberapa di antaranya terlihat berdiri di atas motor sambil menggoyangkan badan, bahkan melakukan aksi salto yang membuat bulu kuduk merinding. Latar belakang jembatan yang tinggi dan arus lalu lintas yang ramai semakin menambah ketegangan dalam aksi mereka.
Tindakan ini tidak hanya membahayakan diri mereka sendiri, tetapi juga orang lain. Netizen pun ramai membanjiri kolom komentar dengan beragam reaksi, mulai dari kekhawatiran akan keselamatan anak-anak tersebut hingga desakan kepada pihak berwenang untuk segera mengambil tindakan.
Dalam perspektif Islam, mari kita merenungkan makna di balik aksi ini dan dampaknya bagi generasi muda.
Pertama, Islam mengajarkan kita untuk menjaga diri dan melindungi jiwa. Dalam Al-Qur'an, Allah Swt. berfirman:
وَاَنْفِقُوْا فِيْ سَبِيْلِ اللّٰهِ وَلَا تُلْقُوْا بِاَيْدِيْكُمْ اِلَى التَّهْلُكَةِۛ وَاَحْسِنُوْاۛ اِنَّ اللّٰهَ يُحِبُّ الْمُحْسِنِيْنَ ١٩٥
"Berinfaklah di jalan Allah, janganlah jerumuskan dirimu ke dalam kebinasaan, dan berbuatbaiklah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berbuat". (QS al-Baqarah: 195)
Ayat ini menggambarkan betapa pentingnya kita menjaga diri sendiri dan tidak melakukan tindakan yang dapat membahayakan jiwa. Atraksi berbahaya yang dilakukan oleh bocah-bocah tersebut bukan hanya melanggar prinsip keselamatan, tetapi juga dapat berpotensi menimbulkan dampak negatif bagi masyarakat sekitar.
Atraksi yang dilakukan itu sangat berbahaya dan berpotensi mengakibatkan kecelakaan fatal, tidak hanya bagi mereka sendiri tetapi juga bagi pengguna jalan lainnya. Sebagai umat muslim, kita diajarkan untuk menghargai hidup dan tidak mengambil risiko yang dapat membawa malapetaka.
Kedua, aksi ini juga mencerminkan kurangnya bimbingan dan edukasi yang tepat bagi anak-anak. Dalam hadis, Nabi Muhammad Saw. bersabda, “Setiap anak dilahirkan dalam keadaan fitrah (suci). Maka kedua orang tuanya yang menjadikannya Yahudi, Nasrani, atau Majusi.” (HR Bukhari dan Muslim)
Ketiga, harus adanya peran negara untuk menyiapkan anak menjadi generasi hebat yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan. Atraksi berbahaya yang dilakukan oleh bocah-bocah di Jembatan Malaka merupakan sinyal SOS bagi kita semua. Ini adalah panggilan untuk lebih peduli terhadap generasi penerus.
Atraksi berbahaya dipandang tradisi di negeri ini sejatinya dipicu oleh banyak faktor, di antaranya adalah lemahnya kontrol diri, krisis identitas, permasalahan keluarga, tekanan ekonomi, dan pengaruh lingkungan. Krisis identitas anak-anak hari ini tidak lepas dari jauhnya mereka dari Islam.
Hanya Islam yang mampu membentuk kepribadian mulia pada diri seseorang. Kehidupan sekuler yang memisahkan agama dari kehidupan yang berjalan hari ini membentuk kepribadian yang bertentangan dengan Islam—pola pikir sekuler dan pola sikap liberal dalam diri seseorang, sehingga dapat kita saksikan tujuan hidup anak hanya berputar pada aspek materi atau mencari kesenangan duniawi, termasuk menyalurkan kesenangan melalui atraksi berbahaya.
Hidup generasi negeri ini tidak produktif—dipenuhi dengan aktivitas kesia-siaan bahkan membuat onar di tengah jalan. Aksi berbahaya yang dilakukan anak-anak juga sangat dipengaruhi oleh media yang mengedepankan bisnis dibanding edukasi. Tayangan-tayangan media hari ini mengarahkan potensi besar anak pada hal-hal negatif atau kemaksiatan.
Potensi besar anak pun tersalurkan menuju kebinasaan, belum lagi negara yang jelas abai terhadap pembentukan kepribadian mulia pada generasi, dengan kebijakan kapitalisnya menerapkan sistem pendidikan sekuler yang justru merusak pemikiran generasi.
Sangat jauh berbeda dengan penerapan aturan Islam secara kafah dalam sebuah negara berasas akidah Islam yang disebut Khilafah. Islam menetapkan negara sebagai penanggung jawab segala urusan umat termasuk pembentukan generasi berkualitas unggul dan bertakwa.
Generasi muda di dalam Islam dipandang sebagai pembangun peradaban Islam yang mulia. Ada beberapa mekanisme yang akan dijalankan Khilafah untuk menjauhkan generasi dari kerusakan. Mekanisme tersebut bersumber dari syariat Islam dan saling berhubungan satu sama lain.
Khilafah memiliki sistem pendidikan yang akan menghasilkan generasi berkepribadian mulia. Pendidikan yang mampu mencegah generasi dari hal-hal yang membahayakan dirinya dan orang lain. Menjadi pribadi yang menghargai hidup dan tidak mengambil risiko yang dapat membawa malapetaka.
Itulah tujuan utama pendidikan Islam. Anak tidak hanya disiapkan untuk terjun ke dunia kerja demi mendapatkan materi, tetapi juga disiapkan menjadi generasi hebat yang mengarahkan potensinya untuk berkarya dalam kebaikan, mengkaji Islam dan mendakwahkannya, serta terlibat dalam perjuangan Islam.
Adapun kebijakan Khilafah terkait anak akan mendorong ketakwaan dan produktivitas mendulang amal shaleh. Khilafah akan megarahkan generasi muda menuju kebaikan, baik di dunia dan di akhirat. Wallahualam bissawab.[]
0 Komentar