#Reportase — Mental illness menjadi salah satu problematika hidup yang sering dibicarakan akhir-akhir ini. Banyak orang yang mudah terpapar penyakit mental tersebut, terutama Gen Z. Sebagai bentuk kepedulian terhadap Gen Z, Muslimah Youth Pamulang mengadakan kajian bertajuk "Ikigai dan Mental Illness" pada Ahad (29/09/2024) di Setu, Tangerang Selatan.
Dosen UIKA Bogor, Putri Ria Angelina, M.Pd.Kons., hadir sebagai pembicara pertama. Beliau menyebutkan bahwa ikigai adalah alasan dan tujuan hidup seseorang. “Ikigai terdiri dari empat elemen yaitu passion (apa yang kamu cintai), profession (apa yang kamu kuasai), mission (apa yang dunia butuhkan), dan voction (apa yang bisa menghasilkan pendapatan),” terang dosen yang juga seorang konselor di Angels Counseling. Ia menambahkan, sayangnya meski banyak orang yang telah menemukan makna dari ikigai, ternyata tidak menjamin seseorang hidup dengan bahagia. Buktinya, banyak orang terkenal dan kaya yang melakukan tindakan bunuh diri.
Dalam Islam, seseorang akan dihadapkan pada tiga pertanyaan mendasar yaitu, dari mana kita berasal, untuk apa kita hidup, dan ke mana setelah hidup? Ibu Putri menjelaskan, “Ketika kita sudah mengetahui jawaban dari ketiga pertanyaan fundamental tadi, maka kita akan tahu apa yang seharusnya kita lakukan di dunia ini.” Tujuan manusia hidup dalam Islam adalah untuk beribadah. Kesehatan mental menurut Islam adalah memanfaatkan segala pontensi diri yang kita punya untuk meraih rida Allah dalam rangka beribadah kepada-Nya.
Penutur kedua, Sely Selviana, S.Pd., seorang praktisi pendidikan menyampaikan bahwa Rasullullah saw. adalah teladan bagi umat muslim. Jika meneladani Rasulullah dengan sepenuh hati maka tidak akan ada lagi mental illness. “Genggamlah Al-Qur'an dan sunnah Rasulullah, dan jangan berputus asa dari rahmat Allah.” Perihal dosa di masa lampau yang pernah dilakukan, seseorang dapat langsung meminta ampunan kepada Allah atas perbuatan dosa yang tidak ada hukum uqubat-nya. Namun, jika perbuatan dosa tersebut ada hukum uqubat-nya, yang bisa kita lakukan sekarang ini hanya bertaubat dengan sungguh-sungguh (taubat nasuha) dan terus melakukan kebaikan sebagai upaya menggantikan dosa-dosa kita yang lalu. Alat dan perantara untuk menghapuskan dosa saat ini sudah tidak ada, sebab kita tidak hidup dalam ruang diterapkannya aturan Allah seperti ketika sistem Islam kafah diterapkan. Oleh sebab itu, berikhtiar dalam perjuangan mengembalikan aturan Allah merupakan usaha kita dalam memperbaiki diri dan meraih rida Allah.[](Reza)
0 Komentar