#CataranRedaksi — Genap 1 tahun lebih Taufan al-Aqsa telah menjadikan 42 ribu lebih warga syahid di wilayah Palestina. Mayoritas dari mereka adalah kalangan wanita dan anak-anak. Sebanyak 97.000 lebih luka-luka, bahkan jika dihitung selama 76 tahun penjajah Yahudi Zionis menduduki tanah Palestina tidak terhitung kerusakan dan korban jiwa kaum muslimin di sana.
Pencaplokan wilayah semakin mempersempit ruang gerak rakyat Palestina. Bahkan, semakin habis wilayah Palestina diduduki oleh penjajah Israel. Selain itu, genosida keji telah terjadi di Palestina, bumi yang diberkahi hari ini. Banyak korban berjatuhan karena perlawanan yang tidak berimbang antara tentara Israel dengan rakyat sipil, terlebih ada sinyalemen pembiaran oleh dunia internasional. Mereka hanya mengecam, padahal darah terus tertumpah.
Bantuan kemanusiaan masih sulit masuk, sehingga ancaman kematian bagi yang terluka sangat besar. Tidak adanya pengobatan yang memadai, bahkan kelaparan dan gizi buruk terus menghantui akibat blokade sekian lama membuat rakyat Palestina mati perlahan. Parahnya, tidak berhenti juga serangan dan pengeboman yang membabi buta oleh Zionis sampai saat ini.
Israel seolah menutup mata dan telinga terkait gelombang aksi yang mengutuk kebiadabannya di berbagai wilayah di dunia. Tidak hanya di negara mayoritas muslim, tetapi juga negara-nagara Eropa. Bahkan, di AS sendiri (negara yang bolak-balik memveto resolusi PBB terkait perdamaian di Palestina), pemimpinnya malah memasang badan untuk membela penjajahan Israel terhadap tanah Palestina. Padahal, rakyatnya sudah muak dengan kebijakan AS yang tetap membiarkan pembantaian terjadi di Palestina.
Media dunia pun bungkam dan menutup-nutupi kebiadaban itu. Algoritma sosial media diatur sedemikian rupa agar tidak lagi memunculkan berita terkait Palestina. Padahal, pembantaian masih terus berlangsung. Negeri-negeri di dunia pun tidak satu komando, seperti kocar-kacir tidak tentu arah. Alih-alih ada pembelaan terhadap muslim Palestina hanya dari beberapa faksi yang ada di negara tersebut, itu pun terjadi sangat sporadis dan tidak terorganisir rapi. Bahkan, sarat kepentingan untuk kelompok-kelompok mereka.
Sementara Israel seolah kalap dan membabi buta, terus melancarkan serangan di negara-negara yang "seolah mendukung dan membela Palestina", sebut saja serangan Israel ke Suriah, Lebanon, dan Yaman. Muncul sinyalemen perang dunia ketiga sudah di depan mata.
Dilansir sindonews.com (7/10/2024), konflik Timur Tengah makin meluas, dari The Week, dengan invasi Israel ke Gaza yang berjalan satu tahun, ketegangan di Timur Tengah kini tampaknya akan merembet ke Lebanon, menyusul serangkaian pertukaran senjata yang semakin mematikan antara Israel dan Hizbullah. Pertukaran senjata akhir pekan ini begitu serius, "Sulit untuk memastikan bahwa kedua belah pihak belum melewati ambang perang habis-habisan,” kata The Guardian.
Asher Kaufman, Profesor Sejarah dan Studi Perdamaian di Universitas Notre Dame, Indiana, menulis di The Conversation bahwa ini akan "menghancurkan" bagi kedua belah pihak, kata The Guardian, hampir pasti menyeret Iran ke dalam konflik langsung dengan Israel.
“Iran adalah pendukung utama Hizbullah dan setiap konflik antara Lebanon dan Israel kemungkinan akan memicu reaksi berantai di sepanjang ‘jaringan aliansi dan persaingan yang kompleks’ di seluruh Timur Tengah,” kata The Independent.
Setiap konflik langsung antara Iran dan Israel kemudian dapat menyebabkan AS terlibat langsung dalam pertempuran. Terlepas dari meluasnya serangan Israel menunjukkan kebuntuan arah dan depresinya mereka karena telah kalah dengan kekuatan tentara perlawanan Palestina yang penuh dengan keterbatasan makanan dan logistik. Kekuatan Iman dan keyakinan dari Allah Swt. semata yang menguatkan para pejuang Palestina saat ini. Padahal, kabarnya tentara Israel adalah pasukan elite terkuat di dunia dengan peralatan perang canggih dukungan AS. Tetapi nyatanya keok lari tunggang langgang kalah telak dengan keberanian para pejuang Palestina yang begitu merindukan syahid di jalan Allah.
Sesungguhnya apa yang terjadi di Palestina, mental dan kekuatan iman rakyatnya dalam perlawanan penjajahan tidak muncul dengan sendirinya, tetapi sungguh DNA "sang Pedang Allah" Khalid bin Walid mengalir dalam darah mereka. Begitu pula darah seorang sahabat pilihan yang amanah dan terpercaya Abu Ubaidah bin al-Jarrah. Maka, tidak mengherankan keimanan yang kuat terpatri, janji Allah, dan kabar gembira dari-Nya mengikat kuat di setiap jiwa-jiwa penduduk palestina.
Satu karunia indah di tanah yang diberkahi, sungguh Rasulullah shalallahu alaihi wasallam bersabda yang artinya, "Sebagian umatku ada yang selalu melaksanakan perintah Allah, tidak terpengaruh orang yang menggembosi dan tidak pula orang yang berseberangan hingga datang keputusan Allah, dan mereka senantiasa dalam keadaan demikian. Mu'adz berkata: dan mereka adalah penduduk Syam.” (HR al-Bukhari)
Rasulullah saw. juga mengabarkan bahwa Negeri Syam dinaungi oleh sayap Malaikat Rahmat sebagaimana sabda beliau, "Kebaikan pada negeri Syam. Kami bertanya, 'Mengapa wahai Rasulullah?' Beliau bersabda, "Karena Malaikat rahmat mengembangkan sayap di atasnya.” (HR at-Tirmidzi)
Pasca-Islam melekat di bumi Palestina setelah Khalifah Umar bin Khattab menerima kunci kota al-Quds, sejak itu Islam benar-benar menyatu di sana. Sebelum kenabian Nabi Muhammad, Palestina adalah bumi para Nabi, termasuk bumi Isra' nya Rasulullah Muhammad saw., Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah al-Isra ayat 1 yang artinya, "Maha Suci Allah yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari al-Masjidil Haram ke Masjid al-Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."
Begitulah, bumi Palestina adalah bumi yang dirahmati dan bumi yang dijanjikan. Maka, sudah semestinya menjadi semangat bagi umat Islam di mana pun berada untuk membebaskannya. Tentu saja perlu satu komando seorang khalifah yang menjadi perisai kemenangan Islam di seluruh dunia. Kemenangan yang gemilang, sebagaimana yang telah terjadi di masa lalu sampai Islam dimenangkan selama 1300 tahun lamanya. Semoga tidak lama lagi kebangkitan dan persatuan umat ini akan hadir dan terwujud, sehingga semakin cepat derita Palestina diakhiri. Allahu Akbar![]
0 Komentar