#Wacana — 'Sudah jatuh tertimpa tangga'.
Peribahasa di atas layak menggambarkan kondisi masyarakat Indonesia yang semakin terpuruk. Ekonomi yang semakin lesu ditambah kebijakan pemerintah yang pro oligarki menjadi bukti konkret kerusakan kapitalisme yang diterapkan di negara kita.
Dikutip dari CNBCIndonesia.com (12/10/2024), masyarakat Indonesia akan mengalami beban baru saat menuju tahun 2025. Beberapa harga barang, jasa, dan iuran wajib akan naik imbas kebijakan pemerintah yang rencananya mulai berlaku tahun depan. Kenaikan PPN menjadi 12% dan penerapan cukai Minuman Berpemanis Dalam Kemasan (MBDK) hanya sebagian dari kebijakan yang berpotensi mengerek kenaikan harga. Bahkan, kenaikan seperti BPJS, gas elpiji, BBM, dan lainnya, makin menekan daya beli masyarakat yang sudah kewalahan.
Kondisi ini bisa terlihat dengan lesunya daya beli masyarakat. Hal ini pula yang disampaikan oleh Presiden Konfederasi Serikat Pekerja Indonesia (KSPI), Said Iqbal yang meminta kenaikan upah minimum 8-10% tahun depan. Menurutnya, lima tahun terakhir upah riil mengalami penurunan sebanyak 30% (finance.detik.com, 10/10/2024).
Fakta ini menjadi sinyal bahwa perekonomian dari hari ke hari kian terpuruk. Keterpurukan ini disebabkan karena banyak faktor yang memengaruhinya, yang paling besar adalah peranan para oligarki yang menguasai perekonomian negara kita. Merekalah yang mengendalikan kebijakan pemerintah sehingga negara tidak memiliki kuasa dan hanya sebagai regulator semata.
Akibatnya, kebijakan yang dikeluarkan senantiasa tak lepas dari kepentingan para kapitalis—asing dan aseng. Dalam kapitalisme, mereka yang memiliki modal besar adalah yang menguasai hajat orang banyak (swasta). Di sisi lain, peran negara dinihilkan. Tidak heran jika rakyat senantiasa dikorbankan guna memenuhi nafsu serakah para kapitalis dengan cara memberlakukan pajak sebagai cara mengambil keuntungan.
Akibatnya kemiskinan merajalela, tingkat kriminalitas semakin tinggi, pendidikan dikapitalisasi, dan kesehatan menjadi harga mahal bagi kalangan menengah ke bawah. Ditambah lagi kesenjangan ekonomi semakin "menganga" akibat pendapatan tidak sesuai dengan pengeluaran sehari-hari yang diperoleh masyarakat. Tidaklah heran jika kemudian daya beli terhadap kebutuhan pokok saja kian melemah.
Sementara negara saat ini telah kehilangan fungsinya sebagai pemelihara urusan rakyat. Rakyat laksana sapi perah sedangkan kesengsaraan mereka hanya jadi bahan candaan semata. Sungguh, sudah seharusnya negara kita bebenah dan memanfaatkan segala potensi sumber daya alamnya guna kesejahteraan rakyat. Bukan justru sebaliknya.
Inilah bukti bahwa kapitalisme merupakan sistem rusak dan tidak layak untuk dipertahankan lagi. Hal ini pula menjadi petaka dahsyat umat manusia menjelang tahun 2025. Jika tidak ada keinginan untuk merubah, maka kesengsaraan dan kesempitan hidup semakin terasa.
Islam Pembawa Bahagia
Hanya orang yang bodoh yang mau terjebak dalam lubang yang sama. Oleh karena itu, sudah saatnya kita mencari solusi terbaik yang sahih dan menuntaskan hingga ke akarnya. Islam satu-satunya solusi untuk mengatasi petaka manusia. Kemiskinan, kriminalitas, kesenjangan sosial, masalah kesehatan dan yang lainnya, Islam mampu mengatasinya.
Islam menjamin kebutuhan hidup umat manusia. Kebutuhan ini dijamin oleh negara tanpa terkecuali. Beberapa mekanisme untuk mengatasi masalah kemiskinan yang merupakan petaka bagi manusia, di antaranya:
1. Islam mewajibkan laki-laki untuk mencari nafkah untuk dirinya dan keluarga;
2. Negara menyediakan lapangan pekerjaan secara luas;
3. Negara melakukan pengawasan dan pengontrolan terhadap distribusi kekayaan baik sumber daya alam maupun sumber daya manusianya;
4. Negara memanfaatkan sumber daya alam demi kesejahteraan rakyat bukan diberikan pengelolaannya kepada asing dan aseng;
5. Memberikan sanksi tegas terhadap siapa saja yang melakukan praktik membawa, menimbun barang, serta memanipulasi barang dan jasa.
Gambaran keberhasilan Islam dalam mengatasi masalah ekonomi manusia bukan sekadar konsep semata. Perjalanan panjang sejarah kaum muslim saat hidup dalam naungan Islam membawa kebahagiaan dan kesejahteraan bagi umat manusia, muslim maupun nonmuslim.
Di dalam kitab al-Amwaaal karangan Abu Ubaidah diceritakan bahwa Khalifah Umat bin Khattab pernah berkata kepada pegawainya yang bertugas membagikan sedekah, "Jika kamu memberikan maka cukupkanlah.” Selanjutnya berkata lagi, “Berilah mereka sedekah berulang kali sekalipun salah seorang di antara mereka memiliki seratus onta.” Beliau menerapkan politik ekonomi yang memberikan jaminan pemenuhan kebutuhan primer rakyat. Beliau menikahkan kaum muslim yang tidak mampu, membayar utang-utang mereka, dan memberikan biaya kepada para petani agar mereka menanami tanahnya. Masih banyak lagi kebijakan penguasa muslim yang memberi kesejahteraan dan bahagia bukan petaka.
"Barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka baginya penghidupan yang sempit dan Kami akan menghimpunnya pada hari Kiamat dalam keadaan buta." (QS Thaha: 124) Wallahualam bissawab.[]
0 Komentar