PISA: Rekayasa Keberlangsungan Kapitalisme, Ancaman Generasi Muslim




Reni Tri Yuli Setiawati

(Penulis dan Aktivis Dakwah)


#Wacana — Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Ristek, dan Teknologi (Kemendikbudristek) dan Kementrian Agama (Kemenag) bersinergi mempersiapkan PISA 2025. Sosialisasi dan Persiapan Main Survey Programme for International Student Assessment (PISA) 2025 telah dilakukan daring maupun luring. Pelaksanaan sosialisasi secara daring melibatkan unit utama di lingkungan Kemdikbudristekdikti, Kemenag, Dinas Pendidikan Provinsi, Dinas Pendidikan Kota/Kabupaten, dan Kantor Wilayah Kementerian Agama yang wilayah kerjanya memiliki sekolah/madrasah sampel Main Survey PISA 2025. Sosialisasi secara luring melibatkan Kepala Satuan Pendidikan dan Proktor sekolah/madrasah sampel PISA 2025. (pusmendik.kemdikbud.go.id, 30/09/2024)

Program Penilaian Siswa Internasional (PISA) adalah penilaian internasional yang mengukur literasi membaca, matematika, dan sains siswa berusia 15 tahun. Domain studi utama berputar antara matematika, sains, dan membaca di setiap siklus. PISA juga menawarkan domain opsional seperti literasi keuangan dan mencakup ukuran kompetensi umum atau lintas kurikulum, seperti pemecahan masalah kolaboratif. Secara desain, PISA menekankan keterampilan fungsional yang telah diperoleh siswa saat mereka mendekati akhir sekolah wajib. Pada pengumpulan nilai PISA pada tahun 2025 nanti akan mengalami sejumlah pembaruan. Fokus utamanya adalah pada sains, dan adanya penilaian baru terkait kemampuan bahasa asing dan pengelolaan pembelajaran mandiri dengan perangkat digital. (goodstats.id, 23/09/2024)

Hasil pemeringkatan PISA pada siklus ke-8 sebelumnya di tahun 2022, Indonesia menempati peringkat ke-69 dunia dan ke-6 ASEAN. Penilaian kala itu tertunda satu tahun dari 2021 ke 2022 akibat pandemi. Siklus ini akan menjadi yang terakhir sebelum berubah menuju pengambilan data per empat tahun sekali. 

Direktur Kurikulum, Sarana, Kelembagaan, dan Kesiswaan (KSKK) Madrasah, Muhammad Sidik Sisdiyanto, menyatakan bahwa akan mendukung PISA 2025 dan akan memberikan treatmen untuk Madrasah sasaran PISA 2025. “Kami akan mendukung 75 Madrasah yang terpilih menjadi sampel PISA 2025 dari 421 jumlah seluruh Sekolah dan Madrasah yang terpilih menjadi sasaran PISA 2025,” papar Sidik. Doktor Manajemen Pendidikan ini menambahkan bahwa PISA ini merupakan salah satu langkah strategis dalam meningkatkan mutu pendidikan di Indonesia dan mewujudkan generasi emas di masa yang akan datang. (kemenag.go.id, 27/08/2024)


PISA dan OECD

PISA dikoordinasikan oleh Organization for Economic Cooperation and Development atau Organisasi untuk Kerja Sama Ekonomi dan Pembangunan (OECD), sebuah organisasi antarpemerintah negara-negara industri, dan dilakukan di Amerika Serikat oleh NCES.

Maka tampak jelas, OECD sebagai pengendali arah pendidikan di berbagai negara di dunia berkontribusi bagi sistem sekuler-kapitalis, yakni untuk kebebasan individu, demokrasi dan pasar bebas, serta norma global tata kelola ekonomi, termasuk pendidikan bagi kepentingan Amerika Serikat.

Sebagai ideologi yang diemban OECD, sekularisme-kapitalisme adalah jiwa dan unsur inti kompetensi global. Hal ini ditegaskan OECD sendiri dengan sebutan “value (nilai)” ketika menjelaskan tentang kompetensi global dan dimensi yang dibutuhkannya. Konsekuensinya, perspektif sekuler harus digunakan pada dimensi pengetahuan ketika melakukan pengkajian terhadap isu-isu lokal, global, maupun antarbudaya.


Waspada

Fakta tak bisa dibantah bahwa kualitas pendidikan di Indonesia masih membutuhkan peningkatan di berbagai bidang, sehingga diperlukan segera perbaikan di bidang pendidikan agar lebih siap menghadapi PISA 2025 dan mencapai standar internasional yang lebih tinggi. Benarkah demikian?

Hasil PISA sendiri banyak menuai kritikan para ahli pendidikan, bahkan ahli pendidikan Barat, sejak diumumkan tahun 2000. Ukuran penilaian PISA tidak bersifat umum untuk seluruh manusia. Hal ini terbaca dari kompetensi global yang difokuskan pada sains dan kemampuan mengelola secara mandiri perangkat digital.

Anasir pokok penilaian inilah yang menjadi urgensi keberlangsungan kapitalisme. Maka PISA merupakan kompetensi global pendidikan untuk diformulasikan bagi keberhasilan rekayasa kapitalisme dengan teori baru pertumbuhan knowledge-based economy (KBE). KBE, sebagaimana yang disebutkan oleh World Bank adalah model ekonomi yang mendorong kreativits, inovasi, penyebaran, dan penerapan pengetahuan serta informasi untuk mempercepat pertumbuhan ekonomi dan kesejahteraan. Maka jelaslah, PISA ini menjadi koridor bagi penyediaan tenaga didik berkompetensi sekularisme yang berlandaskan asas materi.

Jika PISA adalah masa depan kapitalisme, maka ini menjadi ancaman bagi generasi muslim yang ada di seluruh dunia. Mereka tidak akan menuju pada standar cemerlang pendidikan yang telah digariskan dalam Islam. Jati diri Islam itu akan berganti menjadi generasi sekuler.


Pendidikan Islam

Unsur penilaian PISA adalah unsur kecil di dalam arah sistem pendidikan Islam. Pendidikan Islam tidak hanya akan memampukan manusia menjadi penggerak mesin industri, tetapi niragama. 

Tujuan umum pendidikan Islam adalah: pertama, membangun kepribadian Islam yaitu dengan cara menanamkan tsaqafah Islam berupa akidah, pemikiran, dan perilaku Islam ke dalam akal dan jiwanya; kedua, mempersiapkan anak-anak kaum muslim agar ada di antara mereka yang menjadi ulama-ulama yang ahli di setiap lini kehidupan, baik ilmu-ilmu keislaman maupun ilmu-ilmu terapan.

Sungguh kemunduran yang sangat jauh bagi generasi muslim jika hanya mengejar standar PISA. Tak layak negeri yang mayoritas muslim ini bertransformasi ke arah pendidikan yang semakin sekuler-kapitalis.

Satu-satunya sistem pendidikan yang harus diupayakan tentulah sistem pendidikan dari Sang Maha Mengetahui (Al-'Alim), yang bukan saja memuliakan manusia, tetapi juga akan menjadi generasi yang diridai Allah Swt.[]


Posting Komentar

0 Komentar