Prostitusi Online Kapan Berakhir?



#Bogor — Rasulullah saw. bersabda yang artinya, ‘’Jika zina dan riba sudah menyebar di suatu kampung maka sesunguhnya mereka telah menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri.’’ (HR al-Hakim, al-Baihaqi, dan ath-Thabrani)

Hadis tersebut menjelaskan dengan sejelas-jelasnya tentang zina dan riba ketika dua kemaksiatan tersebut telah merajalela tanpa batasan, telah nyata dan terang-terangan dilakukan oleh masyarakat suatu negeri, artinya mereka sedang membiarkan kemaksiatan dan menghalalkan azab Allah atas diri mereka sendiri.

Mirisnya, negeri ini yang katanya negeri muslim terbesar di dunia, tetapi dua kemaksiatan tersebut semakin menjamur tanpa malu-malu lagi dilakukan masyarakat. Salah satu zina gaya baru adalah dengan menggunakan teknologi—prostitusi online. Para pelaku menjajakan diri secara online dan tentunya ada operator yang menjalankan bisnis haram tersebut sehingga ini menjadi usaha bersama antara mucikari dan PSK, Nauzubilah, menjijikkan sekali.

Meski telah sering terjadi penangkapan terhadap kasus prostitusi online, tetapi tidak jua membuat jera para pelakunya. Di Kota Bogor, Polisi menangkap delapan orang di sebuah homestay di kawasan Bogor Tengah terkait dugaan prostitusi online. Kasat Reskrim Polresta Bogor Kota, AKP Aji Riznaldi Nugroho mengatakan bahwa mereka menjajakan diri melalui aplikasi Michat dengan harga 300—500 ribu. Penangkapan tersebut dilakukan setelah kepolisian menggelar razia. Delapan tersangka tersebut terdiri dari empat laki-laki dan empat perempuan (pakuanraya.com, 25/09/2024).

Penangkapan para pelaku prostitusi online ini tidak mampu membuat mereka jera. Bisnis prostitusi online pun tidak jua bangkrut, sebaliknya justru makin berkembang. Hal ini karena upaya yang dilakukan tidak pernah menyentuh akar permasalahannya. Lantas, apa akar masalah yang sesungguhnya?

Maraknya prostitusi online tidak bisa dilepaskan dari akar masalahnya, yaitu tertancapnya sistem kehidupan sekuler-kapitalisme di tengah masyarakat. Hal ini bisa dilihat dari tiga faktor yang mempengaruhi tak pernah surutnya praktik prostitusi baik online maupun offline, yaitu: 

1. Faktor individu

Sistem sekuler melahirkan individu-individu yang tidak paham agama. Mereka hidup hanya berbekal aturan berdasarkan akal manusia yang lemah sehingga syahwat menjadi pemimpin dalam perilakunya. Masyarakat sekuler menjadikan standar kebahagiaannya pada kepuasan jasadi. Mereka menepis semua aturan demi secuil materi yang sesungguhnya tidak pernah cukup. Alasan kemiskinan masih menjadi alasan utama mereka melakukan kemaksiatan. Adanya kehidupan yang hedonis pun membuat mereka dengan sadar melakukannya.

Di sinilah pentingnya pendidikan agama yang kuat, yang akan mencegah seseorang berbuat maksiat. Perlu pembekalan akidah yang benar, pemahaman hukum halal dan haram pada setiap perbuatan, sebagaimana yang tercantum dalam kitab suci Al-Qur’an dan Hadis. Penting menanamkan rasa takut ketika melakukan kemasiatan karena semuanya akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat nanti. 

2. Kontrol masyarakat

Sistem sekuler-kapitalisme telah menjadikan masyarakat layaknya hanya berupa kumpulan orang-orang yang individualis. Masing-masing tidak peduli dengan kehidupan orang lain. Tidak ada rasa saling menyayangi dan saling peduli antarmanusia. Kita tidak bisa menutup mata dan telinga bagaimana acuhnya masyarakat saat ini. Apalagi kehidupan masyarakat di perkotaan, mereka bersikap saling masa bodo dengan urusan orang lain. Mereka sibuk dengan urusan masing-masing. Pergaulan bebas antarlawan jenis maupun sesama jenis seakan dianggap biasa saja, padahal dalam Islam ada aturannya. Masyarakat lebih membebek pada cara hidup orang kafir Barat. 

Tidak adanya kontrol masyarakat (amar makruf nahi mungkar) juga menjadikan siapa pun dengan mudah berbisnis tanpa memperhatikan halal dan haram. Tanpa peduli bisnisnya mengundang mudarat atau tidak bagi kehidupan masyarakat, yang diperhatikan hanyalah perolehan profit sebanyak-banyaknya.

3. Aturan (sistem kehidupan) yang diterapkan negara

Negara adalah pihak yang paling bertanggungjawab atas rakyatnya. Seharusnya negara menjaga rakyatnya. Namun pada kenyataannya, disadari atau tidak, negara justru membiarkan adanya praktik prostitusi yang semakin merajalela ini. Mengapa demikian? Semua kembali pada sistem yang diterapkan, yakni kapitalisme yang sekuler dan liberal. Sistem yang bercokol di negeri ini telah berhasil memorak-porandakan kehidupan rakyat. Bagaimana tidak, jika semua kebijakan yang diambil selalu mengutamakan keuntungan materi. Aturan agama hanya diambil sebagian yang menurut penguasa menguntungkan mereka, para pengusaha dan golongannya saja. 

Jika saja penguasa negeri ini melakukan semuanya berdasarkan hukum agama (Islam), tentu hal ini tidak akan terjadi. Negara yang menerapkan syariat kafah tentunya mampu meminimalisir kemaksiatan. Negara bisa dengan cepat menutup semua keran yang menimbulkan kemaksiatan atau memfilter segala sesuatu baik tsaqofah asing maupun teknologi yang akan menimbulkan kemaksiatan. Negara seharusnya menerapkan sanksi tegas terhadap para pelaku kejahatan dan kemaksiatan dalam bentuk apa pun, sehingga memberikan efek jera bagi pelaku, juga mencegah hal yang sama terulang kembali. 

Dari ketiga faktor tersebut, dapat kita simpulkan bahwa faktor individu, masyarakat, dan negara harus saling terkait agar bisa mengakhiri prostitus baik online maupun offline. Namun, selama negeri ini masih kekeuh dengan sistem kapitalisme yang sekuler dan liberal, maka mengakhiri kemaksiatan prostitusi hanyalah menjadi angan belaka. Satu-satunya solusi adalah penerapan sistem kehidupan Islam yang dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi antara satu sistem dengan sistem lainnya. 

Nyata bahwa penerapan sistem ekonomi kapitalis justru memiskinkan masyarakat. Tata kelola negara kapitalis menyerahkan seluruh urusan rakyat pada swasta. Ikatan yang terjalin antara penguasa dan rakyat ibarat tujjar, yakni sebatas pedagang dan pembeli. Inilah yang menjadikan perekonomian rakyat makin terpuruk, lapangan pekerjaan kian sempit, harga kebutuhan pokok terus melambung. Alhasil, sebagian perempuan 'terpaksa' menjadi PSK demi bisa memenuhi kebutuhan hidup. Sebagian yang lain, menggeluti dunia prostitusi karena gaya hidup hedonis. 

Inilah jebakan sistem kehidupan sekuler-kapitalisme yang menjadikan kemaksiatan tumbuh subur. Prostitusi online adalah satu dari sekian banyak kemudaratan penerapan sistem kehidupan sekuler-liberal. Oleh karena itu, membuangnya dan beralih kepada sistem kehidupan Islam adalah urgen dilakukan. Menerapkan kehidupan Islam secara kafah dalam bingkai Khilafah merupakan kewajiban yang telah jelas dalilnya. Wallahualam.[]

_____
Yuk raih amal shalih dengan menyebarkan postingan ini sebanyak-banyaknya
Follow kami di
Fanpage :
Website :

Posting Komentar

0 Komentar