#TelaahUtama — Genap setahun agresi Zi0n15 Yahudi ke Jalur Gaza dengan dalih ‘membela diri’ telah menimbulkan kerusakan besar. Selain itu, “Thufan al-Aqsa” juga mengingatkan kita tentang kepiluan kaum muslim Palestina dan ketiadaan persatuan umat Islam sedunia. Hukum internasional yang sejatinya bisa membantu hanya bungkam seribu bahasa.
Menurut data yang dirilis Relawan Aqsa Working Group di republika.id (7/10/2024), hingga hari ke 365 ini, korban jiwa telah mencapai 41.825 syuhada. Angka itu terdiri dari 16.891 anak-anak dan 11.458 perempuan. Lebih dari 10.000 lainnya belum ditemukan di bawah reruntuhan. Zi0n15 telah melakukan 3.651 kali pembantaian di seluruh wilayah Gaza. Sebanyak 85.000 ton bom dijatuhkan hingga menghancurkan masjid, gereja, rumah sakit, kampus, ratusan ribu rumah tinggal, dan ratusan kilometer jaringan jalan.
Meskipun Gaza porak-poranda, “Thufan al-Aqsa meninggalkan luka mendalam bagi warga Zi0n15 dan menunjukkan kegagalan penguasa mereka di berbagai bidang seperti politik, ekonomi, dan keamanan. Nama baik di dunia internasional tercoreng, penurunan legitimasi internasional, dan perpecahan internal yang mendalam.
Serangan Zi0n15 ke Lebanon yang menyasar Hizbullah juga menjadikan warga sipil sebagai korbannya. Ribuan keluarga meninggalkan rumah mereka di Lebanon selatan. PBB melaporkan lebih dari 30.000 orang meninggalkan Lebanon menuju Suriah selama tiga hari terakhir hingga Jumat (27/09). (bbcnewsindonesia.com, 23/9/2024)
Parahnya, di tengah penderitaan warga Palestina yang hidup terkatung-katung, para petinggi negara-negara Timur Tengah justru ingin mengamankan posisi, pengaruh, dan menunjukkan eksistensinya kepada dunia dengan alasan menolong Palestin4. Alih-alih membantu, Iran sebagai antek Amerika Serikat justru diam ketika Ismail Haniyeh terbunuh di wilayahnya. Dilansir dari halaman berita detiknews.com (5/10/2024), Abbas Araghchi selaku Menteri Luar Negeri (Menlu) Iran menyerukan gencatan senjata di Gaza dan Lebanon. Hal tersebut disampaikan pada saat dia berkunjung ke negara sekutunya, Suriah.
Mereka berlomba-lomba mengambil simpati publik untuk menyebarkan pengaruhnya. Sikap Arab Saudi juga bungkam, alih-alih netral sampai melakukan embargo, Arab Saudi justru menormalisasi hubungannya dengan Yahud1 Zi0n15. Tidak ada satu pun negeri-negeri muslim dan negara-negara di dunia mengambil langkah nyata membantu muslim Palestin4.
Sikap Indonesia yang direpresentasi oleh Presiden Jokowi dan Menlu Retno Marsudi juga menyampaikan kecaman keras atas kekejian Zion*s yang membabi buta. Dikutip dari laman detiknews.com (28/5/2024), Menteri Luar Negeri (Menlu) RI, Retno Marsudi, hadir dalam Pertemuan dengan Menteri Luar Negeri dari sejumlah negara anggota OKI (Organisasi Kerjasama Islam) dan anggota Uni Eropa. Mereka membahas tentang implementasi two state solution bagi perang Israel di Gaza.
Miris, ibarat penjahat yang masuk ke dalam rumah saudara muslim, Zi0n15 mestinya diusir bukan malah diberikan bagian tempat dari rumah tersebut. Oleh karena itu, semestinya kaum muslim melihat apa sesungguhnya hakikat konflik yang terjadi di Palestina dengan kacamata syariat. Merebut tanah Palestin4 dari tangan Zi0n15 adalah kewajiban. Dalam pandangan syariat, merampas tanah milik umat, walau hanya sejengkal, tidak dibenarkan. Apalagi status tanah Palestina adalah tanah wakaf milik umat Islam hingga akhir zaman.
Faktanya, saat ini kita tidak bisa hanya berharap kepada umat Islam di Palestin4. Pemimpin negara-negara Arab dan dunia, bahkan lembaga-lembaga internasional yang sebenarnya mampu mengusir Zi0n15 tidak melakukannya.
Lagipula tanpa sokongan AS dan sekutunya, Zi0n15 tidak memiliki kekuatan apa pun. AS lah yang menyokong kekuatan militer Zi0n15 sehingga mereka masih eksis menjajah Palestin4. Oleh karena itu, satu-satunya cara untuk menghadapi mereka adalah dengan menyeru penguasa pemilik kekuatan militer di negeri-negeri Islam untuk melakukan jihad global.
Sejatinya, seruan ini tidak mungkin terwujud di sistem sekuler hari ini. Mereka sibuk dengan agenda mengokohkan kekuasaan mereka masing-masing. Mereka juga saling berebut wilayah bancakan milik umat. Hanya khalifah yang bisa diharapkan untuk memperjuangkan kebebasan Palestin4 dan negeri-negeri muslim yang terzalimi lainnya.
Khalifah melalui sistem kekhilafahan akan menyatukan seluruh umat Islam dunia dan tentara-tentara kaum muslim atas landasan akidah Islam. Dengannya, Khilafah akan mampu membentuk kekuatan global untuk mengalahkan entitas Zi0m15 dan sekutunya.
Kehadiran Khilafahlah yang sejatinya akan ditakuti Amerika dan sekutunya. Atas izin Allah, khalifah akan menghancurkan kekuatan kufur dengan mudah.
Selama ini mereka (Barat dan Israel) terus mencegah kehadiran Khilafah dengan berbagai propaganda, proyek perang global, serta proyek penyesatan politik dan budaya di kalangan umat Islam seperti paham moderasi Islam. Namun, upaya susah payah mereka terbukti menimbulkan rasa pesimis dalam dada-dada mereka.
Bisa dipastikan, atas izin Allah Swt. tentu saja semua upaya mereka akan sia-sia. Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Di tengah-tengah kalian terdapat zaman kenabian, atas izin Allah ia tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian. Ia ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) yang zalim; ia juga ada dan atas izin Allah ia akan tetap ada. Lalu Dia akan mengangkatnya jika Dia berkehendak mengangkatnya. Kemudian akan ada kekuasaan (kerajaan) diktator yang menyengsarakan; ia juga ada dan atas izin Alah akan tetap ada. Selanjutnya akan ada kembali Khilafah yang mengikuti minhaj kenabian.” Beliau kemudian diam. (HR Ahmad dan al-Bazar)
Sesungguhnya, Allah Swt. telah menjanjikan kembalinya Khilafah Islam. Pada kenyataannya, perjuangan menegakkan Khilafah sedang terus diupayakan tanpa kenal lelah oleh umat dan oleh partai politik Islam ideologis. Terbukti, seruan-seruan Khilafah makin menggema di berbagai penjuru dunia tanpa bisa dicegah.
Seperti dilansir cnbcindonesia.com (18/12/2024), melalui temuan jajak pendapat oleh Harvard-Harris yang dirilis pada akhir pekan lalu, seperti dikutip Russia Today. Lebih dari separuh orang dewasa berusia 18 hingga 24 tahun di AS percaya bahwa krisis di Gaza harus diselesaikan dengan menghapuskan hegemoni Israel dan menyerahkannya kepada Hamas serta rakyat Palestina. Jajak pendapat tersebut menunjukkan bahwa 51% generasi muda Amerika percaya bahwa penjajahan Israel harus "diakhiri", dibandingkan dengan 32% yang mendukung solusi dua negara.
Khilafah inilah yang kelak akan memimpin pasukan membebaskan Palestina dan mengembalikan tanahnya ke pangkuan umat Islam. Bahkan, bukan hanya Palestina, pasukan Khilafah akan menolong kaum muslim tertindas lainnya, seperti Uighur dan Rohingya. Mengganti kesedihan mereka, mengembalikan kemuliaan mereka dan umat Islam sedunia. Sungguh, masa itu sudah dekat sedekat-dekatnya.[]
0 Komentar