#TelaahUtama — Genosida Is-Ra-Hell di G4z4 tidak diragukan lagi merupakan tindakan paling merusak di abad ke-21, dengan 41.825 korban jiwa, 96.910 luka-luka, dan lebih dari 10.000 orang dilaporkan hilang di bawah reruntuhan. Perang tersebut tidak saja menyasar warga sipil, tetapi juga mengakibatkan hancurnya sebagian besar infrastruktur daerah kantong tersebut, membahayakan dan menewaskan setidaknya 765 petugas kesehatan, serta menghancurkan 297.000 unit rumah, 456 sekolah dan universitas, serta menimbulkan kerusakan signifikan terhadap lingkungan karena amunisi yang telah dikerahkan (aa.com, 06/10/2024).
Di G4z4, setidaknya 114 rumah sakit dan klinik lumpuh, tidak dapat beroperasi kembali. Sedangkan dilaporkan 75% dari 2,3 juta penduduk G4z4 telah terinfeksi penyakit menular karena kurangnya sanitasi, pembuangan limbah terbuka, dan akses yang tidak memadai terhadap kebersihan. Penolakan Is-Ra-Hell terhadap pasokan medis telah membahayakan kehidupan sedikitnya 350.000 pasien sakit kronis yang memerlukan perawatan segera (aljazeera.com, 08/10/2024). Bahkan, setidaknya 2,15 juta orang atau 96% populasi G4z4 menghadapi kekurangan pangan yang parah. Satu dari lima warga P4L3$t1n4 atau sekitar 495.000 orang menghadapi kelaparan menurut Klasifikasi Fase Keamanan Pangan Terpadu (IPC).
Konflik kian meluas tatkala dua sekutu H4m4$, Houthi di Yaman dan Hizbullah di Lebanon, mengumumkan dukungannya terhadap rakyat G4z4. Selama 11 bulan Hizbullah cukup aktif menembakkan roket ke area militer Is-Ra-Hell. Untuk setiap roket yang diluncurkan dari Lebanon, Is-Ra-Hell membalas dengan sedikitnya lima roket. Sedangkan Houthi telah melancarkan sekitar 130 serangan di jalur perdagangan Laut Merah kepada kapal-kapal yang mereka anggap berhubungan dengan Is-Ra-Hell (aljazeera.com, 07/10/2024). Eskalasi perang makin meruncing ketika pesawat tempur US dan Inggris mulai membombardir Yaman sebagai respon atas serangan Houthi terhadap lalu lintas Laut Merah.
Konflik di sepanjang perbatasan Lebanon dan Is-Ra-Hell makin memanas setelah serangan Is-Ra-Hell terhadap pangkalan diplomatik Iran di Suriah menewaskan beberapa perwira Korps Garda Revolusi Islam Iran. Kematian pimpinan Hizbullah, Hassan Nasrullah pada 27 September lalu menyulut perang terbuka Hizbullah-Tel Aviv. Pendukung utama Hizbullah, Iran, yang sebelumnya tidak mau banyak ikut campur dalam konflik tersebut pun pada akhirnya meluncurkan setidaknya 181 rudal balistik ke pangkalan militer Is-Ra-Hell dalam kurun waktu 24 jam saja sejak Z!0n1$ melancarkan ‘serangan darat terbatas’ ke Lebanon selatan yang menargetkan infrastruktur militer Hizbullah.
Sebetulnya sudah banyak ‘upaya’ yang dilakukan baik oleh PBB (Perserikatan Bangsa-Bangsa) serta negara-negara dunia termasuk Indonesia untuk menyelesaikan masalah P4L3$t1n4. Namun sejauh ini, solusi yang ditawarkan lebih banyak masuk ke meja perundingan. Pada Rabu (18/09/2024), Majelis Umum PBB mengadopsi resolusi rancangan terkait P4L3$t1n4. Resolusi tersebut menuntut pihak otoritas Tel Aviv mengakhiri pendudukannya di P4L3$t1n4 dalam waktu 12 bulan. Selain itu, negara-negara dunia termasuk US sendiri menawarkan solusi dua negara yang katanya menjadi solusi permanen permasalahan P4L3$t1n4. Namun nyatanya hingga kini belum ada solusi di balik ‘meja runding’ yang mampu mengakhiri penderitaan rakyat G4z4.
Berbicara solusi melalui jalur PBB ataupun solusi dua negara, sesungguhnya mustahil bisa mendepak Is-Ra-Hell dari tanah P4L3$t1n4. Pada kenyataannya, dua solusi khayalan tersebut justru menjadi “pil tidur” negara-negara dunia, khususnya bangsa-bangsa Arab untuk tidak berkutik di hadapan Z!0n1$. Sejarah membuktikan bagaimana pada 22 November 1967 silam, Resolusi 242 Dewan Keamanan PBB justru semakin membantu entitas Yahud1 tersebut mempertahankan pendudukannya di tanah P4L3$t1n4. Pasca-Z!0n1$ mengalahkan tentara Mesir, Yordania, dan Suriah tragedi “Naksa” justru pecah.
Dalam tragedi “Naksa”, Z!0n1$ mengusir sekitar 430.000 warga P4L3$t1n4 dari rumah-rumah mereka, dan dikatakan sebagai perpanjangan “Nakba” atau bencana pada tahun 1948 yang menyertai berdirinya hegemoni Yahud1. Dalam waktu enam hari, Tel Aviv merebut sisa wilayah bersejarah P4L3$t1n4, termasuk Tepi Barat, Yerusalem Timur dan G4z4, serta Dataran Tinggi Golan Suriah, dan Semenanjung Sinai Mesir. Belakangan di tahun yang sama, Z!0n1$ juga mencaplok Yerusalem Timur. Z!0n1$ memanfaatkan Resolusi 242 DK PBB untuk melanjutkan pendudukannya dengan dalih menyelesaikan masalah pengungsian.
Parahnya, resolusi yang sama dijadikan sebagai dasar perundingan perdamaian negeri-negeri Arab dengan Z!0n1$ melalui gagasan dua negara di sepanjang perbatasan yang diakui secara internasional. Tel Aviv pun berdalih bahwa setelah perang 1967 terdapat kekosongan kedaulatan di wilayah Tepi Barat dan G4z4. Artinya, Y4hud1 menganggap kedua wilayah tersebut sebelum perang tidak masuk ke dalam kategori yang disebutkan dalam resolusi 242. Dengan memanfaatkan ambiguitas dalam status kedua wilayah tersebut, Z!0n1$ mengklaim dirinya tidak pernah sekalipun melanggar resolusi 242.
Lalu bagaimana dengan resolusi PBB yang diadopsi 18 September 2024 lalu untuk menyelesaikan masalah P4L3$t1n4? Sejauh ini belum ada tanda-tanda sedikit pun Z!0n1$ berniat mundur dari G4z4. Yang ada justru kian memanasnya konflik regional yang melibatkan 2 sekutu H4m4$, yakni Houthi dan Hizbullah. Jika pun PBB bersikeras memaksa Is-Ra-Hell untuk menarik pasukannya, masih ada sekutu sejati Z!0n1$ yaitu Amerika yang selalu siap mengeluarkan hak vetonya di meja perundingan PBB. Bahkan, pada April 2024 lalu US sudah memveto draf resolusi DK PBB terkait upaya P4L3$t1n4 untuk menjadi anggota penuh organisasi tersebut.
Sekalipun telah nyata kekejaman Is-Ra-Hell yang mengakibatkan penderitaan rakyat P4L3$t1n4, para penguasa muslim justru bersikap lemah karena penyakit al-wahn (cinta dunia dan takut mati) dalam jiwa-jiwa mereka. Hal ini makin diperparah dengan ketundukan mereka kepada para penjajah Barat, terutama Amerika Serikat, sebagaimana anjing-anjing yang tunduk patuh kepada tuannya. Yang bisa mereka lakukan untuk mengurangi penderitaan saudara-saudara P4L3$t1n4 pun hanya berupa bantuan moral dan kemanusiaan yang tidak pernah benar-benar menuntaskan penjajahan Z!0n1$.
Para pemimpin muslim makin hari justru makin terlihat tidak kompak dalam menyikapi Is-Ra-Hell. Terlihat dari beberapa negeri muslim yaitu Mesir, Uni Emirat Arab (UEA), Bahrain, Sudan, dan Maroko telah lebih dulu mengakui eksistensi Tel Aviv—menormalisasi hubungan dengan Z!0n1$. Di sisi lain, negeri-negeri Arab lainnya, semisal Arab Saudi dan Qatar tampak ‘getol’ menyuarakan konsep dua negara dan memberikan sinyal positif dalam menjalin kerjasama dengan Is-Ra-Hell. Ironisnya, Putera Mahkota Arab Saudi, Pangeran Mohammed bin Salman (MBS) mengungkapkan bahwa dirinya secara pribadi tidak peduli dengan isu P4L3$t1n4. Ia menyebutkan kepemimpinannya masih bertahan untuk tidak menjalin hubungan lebih ‘dekat’ dengan Tel Aviv hanya karena rakyat Saudi masih menyimpan simpati untuk P4L3$t1n4.
Dari sini terlihat begitu nyata bagaimana konsep nation state (negara bangsa) telah berhasil mencerai-beraikan tubuh umat. Atas nama nasionalisme dan kepentingan tiap-tiap negara, bangsa-bangsa muslim pada akhirnya mengesampingkan persatuan kaum muslimin sebagai satu tubuh. Hal ini tampak jelas dari sikap “masa bodoh” negeri-negeri muslim tatkala sebagian umat mendorong mereka untuk menurunkan pasukan di tanah G4z4. Jika pun ada negeri muslim yang bersedia menurunkan pasukannya untuk membalas serangan Z!0n1$, nyatanya hal tersebut tidak lebih dari sekedar mempertahankan posisinya dalam kancah politik internasional sebagaimana yang dilakukan oleh Iran. Di sisi lain, ada pula negeri-negeri muslim seperti Lebanon, Suriah, dan Yaman yang ‘merelakan’ rakyatnya menjadi korban kekejaman Is-Ra-Hell dan segan menurunkan pasukannya hanya untuk menyenangkan hati tuannya, Amerika.
Sejatinya, satu-satunya upaya real dalam menyelesaikan masalah P4L3$t1n4 adalah dengan mengirimkan tentara-tentara muslim! Sesungguhnya, kekuatan hanya bisa dihilangkan dengan kekuatan. Kekuatan gabungan H4m4$, Houthi, dan Hizbullah tidak akan mampu menghilangkan Is-Ra-Hell dari peta bumi karena ada negara adidaya dan negara-negara besar penjajah di belakangnya. Oleh sebab itu, tentara muslim yang akan mampu menundukkan penjajahan Z!0n1$ tidak lain adalah tentara yang berada di bawah komando khalifah! Persatuan umat dalam satu naungan Khilafah menghilangkan sekat-sekat negara bangsa yang selama ini memecah-belah umat dan menjadikannya negara superpower yang akan mampu menyaingi negara mana pun di dunia. Kaum muslim akan serta-merta bersatu padu menggalang kekuatan demi membebaskan tanah P4L3$t1n4 tanpa membedakan ras, suku, dan budaya.
Tatkala umat telah bersatu memerangi para musuh Allah, khususnya kaum Z!0n1$ laknatullah, kebebasan P4L3$t1n4 adalah suatu kepastian. Dari Abu Hurairah radiyallahuanhu, sesungguhnya Rasulullah salallahualaihi wa salam bersabda, “Kiamat tidak akan terjadi sehingga kaum muslimin memerangi Yahudi, lalu kaum muslimin akan membunuh mereka sampai-sampai setiap orang Yahudi bersembunyi di balik batu dan pohon, tetapi batu dan pohon itu berkata, "Wahai muslim, wahai hamba Allah, ada orang Yahudi di belakangku, kemarilah dan bunuhlah dia. Kecuali (pohon) gharqad karena ia adalah pohon Yahudi.” (HR Muslim)
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
Karina Fitriani Fatimah
0 Komentar