Jakarta - Polisi bergerak cepat menindaklanjuti laporan dugaan penganiayaan yang dialami oleh bocah laki-laki berinisial RML (5) di Pasar Rebo, Jakarta Timur. Pelaku penganiayaan ternyata ibu kandung korban, YT dan ayah tiri korban berinisial MLL.
"Kedua pelaku sudah ditangkap. YT ibu kandung, MLL ayah tiri korban," kata Kabid Humas Polda Metro Jaya Kombes Ade Ary Syam Indradi kepada wartawan, Selasa (29/10/2024). (detik.com, 29/10/2024)
Di era modern yang serba canggih ini, anak seharusnya menjadi generasi penerus yang ceria dan penuh harapan. Namun, ironisnya, banyak di antara mereka yang justru menjadi beban dan korban penganiayaan. Masalah ini semakin memprihatinkan dan patut menjadi perhatian kita semua.
Dalam konteks yang lebih serius, penganiayaan fisik dan emosional pun menjadi fenomena yang semakin marak. Baik di rumah maupun di sekolah, banyak anak yang mengalami kekerasan, baik dari pihak keluarga ataupun teman sebaya. Penganiayaan tidak hanya menyisakan luka fisik, tetapi juga dampak psikologis yang berkepanjangan. Anak yang menjadi korban sering mengalami rasa takut, cemas, bahkan depresi yang dapat mengganggu perkembangan mereka.
Di dalam sistem sekularisme, anak terbebani dengan beban ekonomi dan beban psikis. Buah pahit dari pemisahan agama dari kehidupan, yang seharusnya anak disayang malah dianiaya.
Sekularisme sebagai suatu pandangan hidup yang memisahkan agama dari aspek kehidupan sehari-hari telah menciptakan berbagai dampak dalam masyarakat. Salah satu dampak yang sering kali terlihat adalah perubahan persepsi terhadap anak.
Dalam konteks ini, anak tidak lagi dilihat sebagai karunia atau amanah yang harus dijaga dan dirawat, melainkan dianggap sebagai beban, baik secara ekonomi maupun psikis. Di tengah tuntutan kehidupan materialistik yang semakin kompleks, banyak orang tua merasa tertekan oleh tanggung jawab finansial. Biaya pendidikan, kesehatan, dan kebutuhan sehari-hari anak sering kali dianggap sebagai beban yang memberatkan.
Dalam pandangan sekuler, nilai ekonomi menjadi acuan utama, anak tak jarang dianggap sebagai penghalang bagi orang tua untuk mencapai tujuan materi dan profesional mereka. Dalam situasi seperti ini, seharusnya kasih sayang dan perhatian yang diberikan kepada anak bisa menjadi sumber kebahagiaan, namun sering kali yang terjadi adalah ketidakpuasan dan frustrasi yang berujung pada perlakuan yang tidak manusiawi.
Lebih jauh lagi, pemisahan agama dari kehidupan sehari-hari juga mempengaruhi cara pandang masyarakat terhadap moralitas dan etika dalam mendidik anak. Tanpa ada landasan spiritual yang kuat, banyak orang tua yang kehilangan arah dalam memberikan bimbingan dan kasih sayang.
Alih-alih mendidik dengan penuh cinta dan pengertian, yang terjadi justru adalah pengabaian, bahkan kekerasan. Anak-anak yang seharusnya menjadi sumber kebahagiaan keluarga, justru menjadi objek amarah dan pelampiasan frustrasi orang tua.
Fenomena ini menunjukkan bahwa sekularisme yang menghilangkan nilai-nilai ruhiyah dalam mendidik anak berdampak negatif pada pola asuh dan hubungan antara orang tua dan anak. Alih-alih saling menguatkan, banyak interaksi yang berubah menjadi bentuk penyiksaan fisik maupun emosional. Ini adalah buah pahit dari pemisahan agama dari kehidupan, kasih sayang yang seharusnya mengalir dengan bebas, justru tersumbat oleh egoisme dan tekanan hidup.
Kasih sayang, pengertian, dan komitmen untuk mendidik dengan penuh cinta seharusnya menjadi prioritas utama, bukan sekadar memandang anak sebagai beban. Dalam menjalani kehidupan, kita perlu mengingat bahwa anak adalah harapan dan masa depan, yang layak untuk dihargai dan dicintai, bukan diabaikan atau disakiti.
Anak Bahagia di Era Peradaban Islam
Di era gegap gempita peradaban Islam yang maju dan megah, anak-anak menjadi generasi harapan yang dijaga dan dilindungi oleh negara. Dalam masyarakat yang berlandaskan nilai akidah Islam, anak-anak tumbuh dengan bahagia, ceria, dan penuh cita-cita.
Negara berperan aktif dalam melindungi anak-anak dari segala bentuk kekerasan, eksploitasi, dan diskriminasi. Hukum yang ada memberikan perlindungan yang tegas terhadap hak anak, memastikan bahwa mereka dilindungi dalam lingkungan yang aman. Berbagai program diluncurkan untuk mendukung kesejahteraan anak, termasuk layanan kesehatan, makanan bergizi, dan perlindungan dari kondisi yang tidak menguntungkan.
Anak-anak didorong untuk bermain dan berinteraksi dalam lingkungan yang mendukung. Komunitas menjadi tempat di mana mereka bisa menikmati masa kecilnya dengan aman dan bahagia. Permainan tradisional, interaksi sosial, dan kegiatan ruhiyah mengisi hari-hari mereka dengan keceriaan. Dalam lingkungan yang penuh cinta ini, mereka belajar arti tujuan hidup, saling menghormati, dan menjalani hidup dalam kaidah amal.
Anak-anak di era peradaban Islam tidak hanya dijaga dan dilindungi, tetapi juga diberi kesempatan untuk tumbuh dan berkembang dengan bahagia. Dengan pendidikan yang baik, perlindungan yang tegas, lingkungan sosial yang mendukung, serta dorongan untuk berkreativitas, masa depan mereka cerah dan penuh harapan. Di sinilah, anak-anak merasa dicintai, dihargai, dan siap untuk mewarisi peradaban yang telah dibangun oleh generasi sebelumnya.
Khilafah Islam menjamin bahwa anak-anak harus dilindungi dari kekerasan, pelecehan seksual, ancaman, dan eksploitasi.
Allah Swt. berfirman dalam QS al-Maidah ayat 32:
مِنْ اَجْلِ ذٰلِكَ ۛ كَتَبْنَا عَلٰى بَنِيْٓ اِسْرَاۤءِيْلَ اَنَّهٗ مَنْ قَتَلَ نَفْسًاۢ بِغَيْرِ نَفْسٍ اَوْ فَسَادٍ فِى الْاَرْضِ فَكَاَنَّمَا قَتَلَ النَّاسَ جَمِيْعًاۗ وَمَنْ اَحْيَاهَا فَكَاَنَّمَآ اَحْيَا النَّاسَ جَمِيْعًا ۗوَلَقَدْ جَاۤءَتْهُمْ رُسُلُنَا بِالْبَيِّنٰتِ ثُمَّ اِنَّ كَثِيْرًا مِّنْهُمْ بَعْدَ ذٰلِكَ فِى الْاَرْضِ لَمُسْرِفُوْنَ
"Oleh karena itu Kami tetapkan (suatu hukum) bagi Bani Israil, bahwa barangsiapa membunuh seseorang, bukan karena orang itu membunuh orang lain, atau bukan karena berbuat kerusakan di bumi, maka seakan-akan dia telah membunuh semua manusia. Barangsiapa memelihara kehidupan seorang manusia, maka seakan-akan dia telah memelihara kehidupan semua manusia. Sesungguhnya Rasul Kami telah datang kepada mereka dengan (membawa) keterangan-keterangan yang jelas. Tetapi kemudian banyak di antara mereka setelah itu melampaui batas di bumi." Wallahualam bissawab.[]
Alin F.M.
(Praktisi Multimedia dan Penulis)
0 Komentar