Anggun Permatasari
(Penulis dan Aktivis Dakwah)
#TelaahUtama — Sudah lebih dari setahun “Taufan al-Aqsa” membara. Menurut release Al-Jazeera pada Senin, 25/11/2024, berdasarkan Informasi dari Kementerian Kesehatan Palestina; Bulan Sabit Merah Palestina; serta militer Isra3l, jumlah korban tewas di Gaza sejak 7 Oktober hingga 24 Oktober 2024, berjumlah 44.176 orang. Data korban tersebut dikumpulkan dari jumlah korban tewas itu termasuk 17.492 anak-anak. Selain itu, masih ada 11.000 orang hilang yang diduga tertimpa reruntuhan akibat serangan Isra3l. Jumlah tersebut belum termasuk korban tewas di Tepi Barat sebanyak 794 orang, termasuk 167 anak-anak (detiknews.com, 25/11/2024).
Indonesia melalui perwakilan Menteri Luar Negeri, Retno Marsudi mengecam keras kebiadaban Zion1s. Indonesia juga memosisikan diri berada di garda terdepan membela Palestina. Dalam pernyataannya, Menlu Retno juga mendesak Dewan Keamanan Tetap PBB untuk mengambil langkah konkret menyelesaikan penjajahan Zion*s di Bumi Syam.
Kebrutalan Zion1s sesungguhnya telah memicu reaksi warga di seluruh dunia. Mirisnya, para pemimpin dunia hanya melontarkan narasi kecaman semata. Narasi basa-basi itulah yang juga diucapkan pemimpin negara-negara Arab, seperti Mesir, Iran, Suriah, dan Arab Saudi. Mereka lebih mementingkan kekuasaan, kepentingan politik dan posisi mereka di kawasan dibandingkan membela saudara seakidah.
Walaupun penderitaan kaum muslim Palestina telah berlangsung bertahun-tahun lamanya, mereka hanya mengirim empati semu dan air mata. Kebiadaban yang terpampang nyata, tidak jua membuat penguasa negara Arab dan dunia bergerak mengusir Zion1s durjana.
Kondisi ini tentu tidak akan berlarut-larut seperti ini jika kaum muslim berada di bawah payung aturan Islam sebagai sistem hidup. Pemimpin Islam (khalifah) akan menyeru umat Islam sedunia untuk bersama-sama memerangi Zion1s dan mengusirnya dari Bumi Palestina. Bukan seperti para pemimpin negara-negara saat ini yang justru mengusung solusi dua negara atau “nation state” sebagai penyelesaian masalah Palestina.
Dari Nu’man bin Basyir dia berkata: Rasulullah saw. bersabda, “Perumpamaan orang-orang mukmin dalam hal saling mencintai, menyayangi, dan mengasihi bagaikan satu tubuh. Apabila ada salah satu anggota tubuh yang sakit, maka seluruh tubuhnya akan ikut terjaga (tidak bisa tidur) dan panas (turut merasakan sakitnya).” (HR Bukhari dan Muslim)
Sejarah mencatat bahwa saat Khalifah Mu’tashim Billah berkuasa, pada tahun 837, al-Mu’tasim Billah bergegas menanggapi seruan seorang budak muslimah yang konon berasal dari Bani Hasyim yang dilecehkan oleh orang Romawi. Kemudian dia berteriak memanggil nama Khalifah Al-Mu’tashim Billah. “waa Mu’tashimaah!” (di mana engkau wahai Mutashim… Tolonglah aku!)
Setelah mendapat laporan mengenai pelecehan ini, maka sang khalifah pun menurunkan puluhan ribu pasukan untuk menyerbu kota Ammuriah (Turki). Dalam riwayat dijelaskan bahwa panjangnya barisan tentara ini tidak putus dari gerbang istana khalifah di kota Baghdad hingga kota Ammuriah (Turki), begitu besarnya pasukan yang dikerahkan oleh khalifah.
Tidak butuh waktu lama dan pemberitaan yang berlebihan, pemimpin yang tegas dan bertanggung jawab akan segera datang membela. Sangat bertolak belakang dengan kondisi saat ini. Meski gelombang protes dilakukan di banyak wilayah di dunia, pemimpin dunia tetap bungkam. Raksasa media pun diam.
Sungguh, seperti itulah kondisi kaum muslim ketika tidak bersatu dalam satu payung Kekhilafahan yang dipimpin khalifah. Tidak ada junnah yang melindungi dan membela. Hilanglah persatuan, rasa saling memiliki dan saling peduli satu sama lain. Dorongan kewajiban untuk membantu terhalang bendera dan sekat-sekat nasionalisme yang memecah belah persaudaraan kaum muslim.
Belum selesai penyerangan membabi buta di Palestina, Zion1s juga meluluhlantakkan Yaman dan Lebanon. Alih-alih menyasar gerilyawan Hizbullah dan Houti, kedua negara tersebut porak-poranda. Lagi-lagi, rakyatlah yang menjadi korban. Mirisnya, kaum muslim tidak bisa berbuat apa-apa karena keberadaannya yang banyak bagaikan buih di lautan. Banyak, tetapi tidak memiliki kekuatan.
Kaum muslim seharusnya melihat lebih dalam hakikat permasalahan Palestina dengan kacamata syariat. Dalam pandangan Islam, Zion1s telah merampas tanah milik umat. Sesungguhnya status tanah Palestina adalah tanah wakaf. Sejak perjanjian Umariyah hingga akhir zaman pemiliknya adalah umat Islam sedunia. Kita wajib merebutnya kembali dari penjajah.
Fakta berbicara bahwa kita tidak bisa berharap pada para pemimpin Arab dan dunia. Mereka justru tunduk pada arahan Amerika dan satu per satu menormalisasi hubungan dengan entitas Zion*s. Padahal, sudah menjadi rahasia umum bahwa sesungguhnya Zion1s tanpa sokongan AS dan sekutunya lemah tidak berdaya. Oleh karena itu, satu-satunya cara menghadapi mereka adalah dengan menyeru para penguasa dan pemilik kekuatan militer untuk mengirimkan tentara-tentaranya melakukan jihad global.
Satu-satunya jalan untuk menolong saudara kita di Palestina adalah persatuan umat Islam yang dipimpin khalifah. Khalifah akan menyatukan seluruh umat Islam dunia dengan landasan akidah Islam dan memobilisasi seluruh potensi umat Islam membangun kekuatan global. Dengan izin Allah Swt. khalifah akan memukul mundur Zion*s beserta negara-negara kafir yang ada di belakangnya.
“Sesungguhnya seorang imam itu [laksana] perisai. Ia akan dijadikan perisai saat orang akan berperang di belakangnya, dan digunakan sebagai tameng. Jika ia memerintahkan takwa kepada Allah ‘Azza wa Jalla dan adil, maka dengannya, ia akan mendapatkan pahala. Namun, jika ia memerintahkan yang lain, maka ia juga akan mendapatkan dosa/azab karenanya.” (HR Bukhari dan Muslim)
Sesungguhnya kaum kafir tahu dan sadar bahwa umat Islam akan bersatu dan bangkit. Oleh karenanya dengan segala upaya mereka meredam itu karena Khilafahlah yang sejatinya sangat ditakuti Amerika dan sekutu-sekutunya. Khilafah inilah yang kelak akan memimpin pasukan membebaskan Palestina dan mengembalikannya ke pangkuan umat Islam. Bahkan, sejatinya bukan hanya Palestina, pasukan Khilafah juga akan menolong kaum muslim yang tertindas seperti Uighur dan Rohingya. Khilafah akan mengembalikan kemuliaan umat Islam sedunia. Lantas, masihkah kita berdiam diri tidak menjadi bagian dari penyeru kebenaran itu? Tegakah kita melihat penderitaan saudara-saudara kita yang teraniaya?
Oleh sebab itu, mari sama-sama bersuara dan menyeru saudara-saudara kita dan para pemimpin untuk bersatu dan bangkit demi izzul Islam wal muslimin. Mari kita sama-sama menyadarkan kaum muslim yang masih tertidur pulas agar bersatu dalam panji Islam yang akan menyatukan. Mari ramaikan media dengan opini Islam, sehingga Palestina akan mudah dibebaskan dan kaum muslim di berbagai belahan dunia yang masih terzalimi bisa terselamatkan. Wallahualam bissawab.
0 Komentar