Doom Spending: Hempas Resah tapi Salah



#Remaja — Wanita dan belanja adalah dua kata yang sulit terpisah, Sobi. Ga emak-emak, remaja putri bahkan anak-anak, semua senang belanja. Walau tingkat senangnya berbeda-beda levelnya. Cuma, sepanjang hidup itu pasti pernah lah ngalamin kejadian saat kita berniat hanya beli sabun, eh pas pulang di tas belanjaan kok “terbawa” seluruh dunia dan seisinya. Hmmm lengah dikit, isi supermarket pindah semua ke rumah.

Trus, motivasi kaum hawa belanja ternyata beda-beda juga. Ada yang belanja karena emang butuh. Ada yang belanja karena ingin menyenangkan orang lain, kaya ngasi hadiah gitu. Ada juga belanja karena gabut. Saking kebanyakan dollar atau emang karena lagi ga ada kerjaan. Nah, ada juga ni yang belanja katanya buat healing akibat kena mental alias mental illness. Gegara, misal, anxiety alias cemas bin resah eh jadi impulsive buying ala-ala doom spending.


Doom Spending

Doom Spending merupakan perilaku belanja yang cenderung impulsif (melakukan sesuatu tanpa mikir panjang). Biasanya barang-barang yang dibeli pun bukan barang-barang yang dibutuhkan, bahkan cenderung tak berguna. Intinya, doom spending adalah pengeluaran uang seseorang di atas normal yang sia-sia padahal ada keresahan dalam bidang ekonomi. (detik.com)

Istilah ini muncul pertama kali di media sosial. Waktu itu ada survei dari Intuit Credit Karma yang mengaitkan istilah itu dengan statistik baru perilaku belanja pada masyarakat Amerika. Hasil survei menunjukkan bahwa lebih dari seperempat responden melakukan doom spending. Padahal, ada 96% menyatakan khawatir akan kondisi ekonomi saat ini. 30% responden mengaku takut akan masa depan. Mereka takut ga bisa ngabisin uangnya untuk hal-hal yang bikin bahagia. 

Trus apa sih yang bikin mereka resah dalam ekonomi? Alasan utama orang Amerika stress terkait masalah keuangan itu meliputi: inflasi (56%), kenaikan biaya hidup (50%), serta harga perumahan yang tidak murah (23%). Hal inilah yang bikin mereka resah, takut ga bahagia dan sejahtera. Tapi anehnya malah belanja yang ga guna demi menghempaskan resahnya.

Trus, jangan kira Gen Z juga ga ngalamin ini semua. Ternyata Gen Z ikut terinfeksi virus doom spending ini. Menurut Intuit Prosperity Index Study pada January 2023, Gen Z justru ga sama sekali memangkas pengeluaran dan malah ada 73% senang hidup di masa sekarang, bukan mempersiapkan masa depan. Intinya, gara-gara pikiran ini, doom spending yang dilakukan Gen Z jadi tak terbendung.

Padahal, di sisi lain, inflasi tinggi membuat mereka yang baru memulai menata kehidupan menjadi makin merasa kesulitan. Dari hasil survei Bank of America mengungkap bahwa 53% Gen Z menganggap meningkatnya biaya hidup adalah hambatan bagi keberhasilan keuangan mereka, Sobi.

Mereka akhirnya melakukan doom spending, karena merasa putus asa kali ya, Sobi. Soalnya, mereka ngerasa bahwa tujuan keuangannya ga bakal tercapai. Jadi buat apa nabung. Uang di tabungan ga akan pernah cukup buat beli barang impian. Uangnya tergerus inflasi dan biaya hidup teruuus. So, jalani aja hidup yang sekarang ini, karena masa depan akan kesejahteraan itu suram. Ef way ai, fenomena ini sekarang sudah menjadi tren global juga ternyata.


Hempas Resah 

Sobi, klo kita teliti penyebab terjadinya doom spending itu karena adanya keresahan. Keresahan itu muncul dari situasi kehidupan terutama dalam bidang ekonomi yang kian hari kian berat dan tidak menjanjikan adanya jaminan bagi masa depan. Ditambah ada standar mengenai kebahagian bagi manusia adalah dengan mendapatkan berbagai macam kesenangan duniawi. Makanya, mereka ngejar kesenangan dengan, salah satunya, berbelanja barang atau jasa. Mereka mengira disitulah letak bahagia, tapi boong. Buktinya, menurut hasil survei tetep aja ada yang stress. Banyak lagi. Orang penyebabnya ga diselesaikan.

Sobi, kehidupan sempit yang bikin stress dan bikin kita cenderung mengadi-ngadi untuk menghempas stress itu ga lahir ujug-ujug secara alami. Tapi, ini merupakan kesalahan kita semua. Kita udah berpaling dari peringatan-Nya, lalu ngambil hukum buatan manusia yang bertitel ideologi kapitalisme sekuler. Allah Swt. berfirman dalam Al-Qur'an surah Toha ayat 124, Allah Subhanahu wa Ta'ala berfirman:

وَمَنْ اَعْرَضَ عَنْ ذِكْرِيْ فَاِ نَّ لَـهٗ مَعِيْشَةً ضَنْكًا وَّنَحْشُرُهٗ يَوْمَ الْقِيٰمَةِ اَعْمٰى

"Dan barang siapa berpaling dari peringatan-Ku, maka sungguh, dia akan menjalani kehidupan yang sempit, dan Kami akan mengumpulkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta."

Islam sebagai ideologi telah mengajarkan kita berbagai hal. Mulai dari aspek pemikiran, operasional berupa syariat, dan metode menjaga pemikiran, menerapkan operasional, serta menyebarkan ideologi ini ke seluruh dunia. Ketika semua itu diterapkan maka seluruh persoalan hidup manusia akan terselesaikan, termasuk fenomena doom spending ini.

Dari aspek pemikiran, Islam mengajarkan tidak ada kebebasan dalam berperilaku termasuk dalam belanja. Semua tindakan harus dipikirkan matang-matang sebelum dilakukan. Apakah ini sesuai dengan syariat Islam atau tidak, apakah hal itu akan menghantarkan kepada rida Allah atau tidak. Trus hukum dari perbuatan itu apa? Jangan sampai kita senantiasa memilih perbuatan yang hukumnya mubah. Ga ngaruh ke tabungan pahala, Sobi. Palagi klo si mubah ini malah jadi melalaikan yang wajib, tekor itu namanya. 

Trus, Islam juga mengajarkan kita bahwa kebahagian itu bukanlah dengan ngejar-ngejar kesenangan dunia. Bukan disitu letak bahagia. Bahagia itu justru adanya ketika kita mendapatkan rida Allah. Menurut hadis Qudsi, rida Allah itu didapatkan dengan taat kepada syariat Islam. Nah klo Allah udah rida, maka berkah dunia dan akhirat akan turun berlimpah buat kita. Disitulah hati kita akan tentram sentausa. 

Lalu, Islam juga mengajarkan kepada kita ga usah khawatir dengan rezeki kita di dunia. Insya Allah itu mah udah ada jatahnya masing-masing. Hewan yang ga ada akal trus hidupnya melata aja dijamin rezekinya sama Allah trus mereka santai aja karenanya, masa kita ngga?! Kita emang kudu seyakin itu sama Allah, bahwa Allah memang mengurus kita dengan sebaik-baik pengurusan. So, masa depan dunia mah ga usah jadi keresahan. Yang harus dipersiapkan justru masa depan akhirat. Makanya mulai saat ini skuy kita perbaiki ketaatannya.

Lalu-lalu, itu masalah inflasi, biaya hidup dan rumah tinggi gimana? Tenang tenang tenang, dalam ideologi Islam tadi ada yang namanya syariat. Syariat Islam itu komprehensif, Sobi. Ga hanya ngatur urusan ibadah, pakaian, minuman, akhlak aja. Islam juga mengatur masalah kehidupan dunia lain yang lebih berat, seperti pendidikan, pengadilan, kesehatan, militer, pemerintahan, dan tentu saja ekonomi. 

Dalam syariat Islam terkait ekonomi nanti kita akan ketahui bagaimana Islam mengendalikan inflasi, menjamin manusia bisa memenuhi kebutuhan-kebutuhan hidupnya, mempermudah manusia juga untuk memenuhi kebutuhan tersier dan sekundernya. Di sisi lain, Islam juga mengatur bagaimana seseorang membelanjakan hartanya. Dalam QS al-Isra: 26—27, Allah melarang kita untuk membelanjakan uang kita sepeser pun untuk hal yang haram dan gak boleh boros alias konsumtif. Auto mikir dulu yaa sebelum checkout. So, bye bye impulsive buying.

Urusan nabung gimana? Dalam Islam, nabung itu diperbolehkan. Tapi kudu ada tujuannya. Misal, nabung buat beli buku, biaya kuliah, atau hal-hal lainnya. Nah, klo cuma asal nyimpen ga tau buat apa mah ga boleh alias haram. Itu tergolong dalam perbuatan menimbun harta. Di Al-Qur'an surah at-Taubah: 34, Allah mengancam orang yang nimbun emas dan perak (uang) dengan azab yang pedih. Naudzubillah 

Nah, Islam ideologi ini ga hanya teori. Ideologi Islam ini pernah lho diterapkan selama 14 abad lamanya. Dari sejak Rasulullah Saw hijrah hingga keruntuhan Khilafah Usmani pada 3 Maret 1924. Hasil penerapannya pun ga kaleng-kaleng. Pada masa Khalifah Umar bin Abdul Aziz, ga ada orang yang mau nerima zakat. Saking udah pada sejahtera. Nah, untuk gaya hidup supaya ga hedon trus tepengaruh non muslim, Khalifah Umar bin Khaththob ga mau pakai jubah kebesaran Kisra yang mewah pascapenaklukan negara Persia oleh negara Islam. Khalifah Umar pun pernah menghalangi pandangan kaum muslim dari meja makan orang Persia. Biar ga kepengaruh, Sobi. Karena apa? Karena gaya hidup mereka emang bukan gaya hidup Islam dan ga layak kita tiru. Dah gitu aja! Pinisirin dengan ideologi Islam? Gaskeun ngaji intensif bersama gerakan dakwah yang menyerukan Islam kafah yang ada di kota kalian.[]



Rini Sarah

Posting Komentar

0 Komentar