#Wacana — Calon Wakil Gubernur Jakarta, Suswono disarankan untuk meminta maaf dan mengklarifikasi atas ucapannya tentang janda kaya menikahi pemuda pengangguran demi memperbaiki kesejahteraan. Kritikan tersebut dilayangkan oleh Aktivis sekaligus Akademisi Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta, Nur Rofiah.
Nur menilai bahwa pernyataan Suswono secara tidak langsung merendahkan perempuan janda dan laki-laki pengangguran. Nur juga mengingatkan bahwa para calon pemimpin seharusnya tidak mengucapkan kalimat yang mengandung bias gender (suara.com, 28/10/2024).
Sulton, Sekretaris PW GP Anshor yang juga berencana untuk melaporkan Suswono ke Polda Metro Jaya karena dugaan pencemaran agama menyatakan bahwa pelaporan akan dilakukan atas dugaan dua pasal. Kedua pasal tersebut yaitu pasal 156 a KUHP tentang Penodaan Agama serta pasal 28 ayat (2) UU ITE yang melarang penyebaran informasi yang menimbulkan rasa kebencian atau permusuhan berdasarkan SARA (jawapos.com, 29/10/2024).
Suswono sendiri sudah meminta maaf atas kontroversi yang terjadi akibat pernyataannya sendiri. Ia mengaku bahwa hal tersebut hanya candaan saat menanggapi celetukan warga ketika bersosialisasi dalam rangka Pilkada Jakarta tersebut.
Pernikahan Solusi Kemiskinan?
Dalam rangka untuk menuai simpati kepada masyarakat tentunya para calon pemimpin berlomba-lomba memberikan segala janji manisnya. Oleh karenanya, pasangan calon ini mempunyai program mengentaskan kemiskinan atas warga Jakarta dengan menambah dua kartu lagi yang ditujukan kepada janda miskin dan anak yatim.
Saat sedang sosialisasi dengan warga Jakarta, Suswono menyatakan bahwa janda kaya tidak perlu mendapatkan bantuan. Justru disarankan untuk menikahi pemuda pengangguran yang kemudian ia gambarkan bagaimana Sayyidina Khadijah r.a. menikahi Rasulullah saw., tentulah hal ini justru menuai penentangan di masyarakat.
Padahal, bila ditelisik ulang pengentasan kemiskinan warga sama sekali tidak berhubungan dengan pernikahan. Pengentasan kemiskinan sebuah negara justru mempunyai faktor yang kompleks. Dalam kacamata pandang kapitalisme seperti yang dianut oleh mayoritas negeri di dunia, tidak pernah ada kata pernikahan sebagai solusi kemiskinan apalagi dari kacamata pandang Islam.
Adanya pengangguran menurut kacamata kapitalisme adalah karena kemalasan mereka dalam mencari pekerjaan, sehingga menjadi predikat yang hina. Dengan demikian mengapa calon pemimpin ini justru menyandingkan Sang Nabi dengan kehinaan?
Pelecehan Agama
Bukan hanya tidak solutif, pernyataan cawagub dari Jakarta tersebut justru mengarah pada pelecehan Nabi besar umat Islam. Sudah barang tentu sebagai negeri yang mayoritas muslim, pernyataannya bak menyiram bensin pada bara api.
Sesungguhnya Islam sebagai agama yang mulia dan mengatur seluruh kehidupan manusia hingga akhir zaman, tentu diturunkan oleh Sang Kuasa adalah untuk menjadi standar kehidupan. Saat kacamata pandang manusia silau akan gemerlapnya kapitalis dengan segala kemewahannya, maka Islam seakan tidak lagi menjadi menarik bahkan disingkirkan.
Sehingga, saat ini kemuliaan Islam hanya sekadar formalitas belaka yang hanya ada di masjid-masjid. Sayangnya, penguasa-lah yang dengan sengaja membuat hal demikian. Umat akhirnya makin jauh dari Islam berikut penguasanya.
Saat kemualiaan Islam dilecehkan tidak ada lagi pembela bahkan menjadi hal yang biasa dan yang lebih parah lagi menjadi bahan olok-olokan (candaan). Lebih sangat disayangkan lagi justru kali ini pernyataan tersebut keluar dari calon penguasa daerah yang seharusnya kata ataupun perbuatannya tidak asal keluar begitu saja.
Islam Agama Mulia
Dalam ayat yang cukup panjang, Allah Swt. berfirman yang artinya, “Pada hari ini telah Aku sempurnakan agamamu untukmu, telah Aku cukupkan nikmat Ku bagimu dan telah Aku ridai Islam sebagai agamamu.” (Al-maidah: 3)
Selain itu Rasulullah saw. pun telah bersabda dalam hadisnya,”Islam itu tinggi dan tidak ada (agama) yang melebihi ketinggiannya." (HR Bukhari dan Muslim)
Dari ayat dan hadis di atas, menunjukkan bahwa kesempurnaan Islam bukan hanya stempel yang disematkan pada Islam. Namun, kesempurnaanya sudah difirmankan langsung oleh Sang Maha Kuasa.
Islam dan ajarannya turun melalui malaikat Jibril dan diberikan pada manusia pilihan yang menjadi contoh terbaik sepanjangan masa, Rasululah saw.. Islam merupakan aturan yang kafah, meliputi segala hal yang menjadi solusi dari kebuntuan manusia.
Sedangkan, Rasulullah saw. merupakan contoh hidup bagaimana Islam diterapkan sebagai aturan. Baik itu aturan yang mengurusi rakyat banyak layaknya sebuah negara, ataupun Islam yang mengatur masalah individu. Para sahabat pada masanya selalu bertanya pada Rasulullah saw. dalam hal apa pun hingga bagaimana mereka berbuat baik kepada istrinya dan anggota keluarganya.
Karena pada kenyataannya manusia butuh akan contoh nyata dalam mendirikan aturan yang Allah Swt. turunkan. Sebut saja kewajiban akan ibadah sholat, Rasulullah saw. lah yang menjadi contoh bagaimana sholat dijalankan, beliau sebagai penjelas dari aturan yang kafah tersebut.
Dengan demikian, pantaskan olok-olok disematkan pada manusia tercinta sepanjang zaman, Rasulullah saw.? Wallahualam bissawab.[]
Ruruh Hapsari
0 Komentar