Refleksi Hari Guru di Tengah Kompleksitas Persoalan Guru dan Kualitas Siswa




Siti Rima Sarinah

(Aktivis Dakwah) 



#Wacana — Momen Hari Guru Nasional yang diperingati setiap tanggal 25 November dirayakan oleh seluruh siswa di negeri ini. Berbagai bentuk penghargaan diberikan oleh para siswa kepada guru yang telah berjasa untuk mencerdaskan anak bangsa. Dengan sebutan “Pahlawan Tanpa Tanda Jasa”, guru berjuang mendidik dan mengajarkan ilmu kepada para siswa sebagai bagian dari tanggung jawabnya. Guru memiliki peran penting untuk melanjutkan estafet perjuangan bangsa ini. Guru juga berperan mewujudkan Generasi Emas 2045 yang dicanangkan oleh pemerintah. 


Tema bertajuk ”Guru Hebat, Indonesia Kuat” pada perayaan hari guru tahun 2024 ini, dipilih untuk mendukung dan memberikan apresiasi pada guru seluruh Indonesia. Tema tersebut juga menggambarkan bagaimana peran guru hebat yang mendedikasikan waktunya untuk mendampingi dan membina generasi muda Indonesia jadi bangsa yang kuat. Penghormatan kepada seorang guru juga tidak lepas karena perannya sebagai sosok yang menjadi pilar penting bagi negara (liputan6.com, 22/11/2024).


Tidak dimungkiri, guru memiliki posisi penting dalam sistem pendidikan di negeri ini. Guru sebagai sosok yang digugu dan ditiru serta menjadi teladan bagi para siswa bukan hanya dari sisi kelimuan yang dimilikinya, melainkan juga kepribadian seorang guru menentukan kualitas siswa yang menjadi anak didiknya. Namun sayangnya, saat ini begitu banyak  persoalan yang dihadapi oleh pahlawan tanpa jasa ini. Mulai dari gaji tidak layak, hingga guru hanya dianggap sebagai pekerja.

Salah satunya kisah viral seorang guru honorer di Sukabumi bernama Alvi Noviardi yang nyambi jadi pemulung untuk mencari penghasilan tambahan untuk memenuhi kebutuhan keluarga. Sebab, dia hanya menerima gaji sebesar Rp10 ribu per jam, yang dalam sebulan hanya mendapatkan  gaji sekitar Rp120 ribu. Fakta ini menjadi potret kelam nasib seorang  guru, padahal perannya sangat penting dan dibutuhkan oleh generasi bangsa (tempo.co, 13/10/2024)


Di sisi lain, marak kriminalisasi guru menunjukkan guru tidak memiliki jaminan perlindungan. Kasus seorang guru bernama Maya di SMPN 1 Bantaeng dijebloskan ke penjara akibat menertibkan muridnya yang sedang berkelahi. Kasus lain, seorang guru di SMAN 3 Pare-pare juga harus mendekam di penjara dan menghadapi panjangnya proses persidangan karena tuduhan melakukan pemukulan siswa yang tidak melaksanakan salat zuhur berjemaah. Ada juga kasus guru Zuharman yang mengalami kebutaan permanen pada mata kanannya akibat diketapel oleh orang tua siswa karena sebelumnya menegur siswa yang merokok di lingkungan seorang saat jam mata pelajaran (mediasulsel.com, 08/11/2024).


Fakta lainnya, guru hari ini juga banyak yang melakukan hal-hal yang kontraproduktif terhadap profesinya. Di antaranya guru menjadi pelaku bullying, kekerasan fisik, dan seksual hingga terlibat judol.

Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), merilis data kekerasan di satuan pendidikan sepanjang Januari–Juli 2024, terdapat 15 kasus kategori berat dan ditangani oleh pihak kepolisian. Bahkan, kasus kekerasan fisik yang terjadi mengakibatkan kematian 2 peserta didik. Mirisnya, seorang guru honorer di Palangka Raya, Kalimantan Selatan harus berurusan dengan polisi akibat kecanduan bermain judi online. Untuk mendapatkan uang taruhan, ia tega menjual ponsel ibunya dan menggunakan KTP adiknya sebagai agunan pinjol (inilah.com, 13/10/2024).


Fakta-fakta di atas yang bertolak belakang dari sosok seorang guru, menjadi bukti nyata pergeseran peran guru dengan predikatnya sebagai pahlawan tanpa jasa, harus berjibaku dengan beragam persoalan yang menimpanya. Hal ini wajar terjadi, sebab sistem yang berkuasa hari ini hanya melihat guru dengan sebelah mata. Sistem ini hanya menganggapnya sebagai pekerja sebagaimana pekerja lainnya. Tidak ada lagi penghormatan dan kemuliaan terhadap peran guru, kecuali hanya seremonial menyambut perayaan hari guru semata.


Minimnya gaji guru di tengah beratnya beban tanggung jawabnya sebagai pilar pencetak generasi bangsa, menunjukkan abainya negara terhadap masa depan anak bangsa. Guru menjadi korban kerusakan sistem kapitalisme-sekuler yang menimbulkan berbagai macam fakta banyak guru yang melakukan perbuatan jauh dari sosoknya sebagai seorang guru. Telah terbukti nyata sistem yang kita jalankan hari ini, bukan hanya merusak peran penting seorang guru dan kualitas siswanya, melainkan juga telah berhasil merusak seluruh lini kehidupan masyarakat.


Untuk itu, guna mengembalikan guru pada perannya tentu harus mengganti sistem rusak dan batil kapitalisme-sekuler dengan sistem yang memosisikan seorang guru sebagai sosok yang harus dihormati dan dimuliakan, yaitu sistem Islam. Islam sangat memuliakan guru karena memiliki jasa yang sangat besar dalam mendidik generasi. Bukan hanya dari sisi keilmuannya, melainkan juga guru mampu mencetak generasi yang memiliki kepribadian Islam yang mampu menyelesaikan persoalan kehidupannya dengan cara pandang yang benar.


Maka wajarlah, dalam masa kejayaan Islam sosok guru bukan hanya diberi kemuliaan dan penghormatan, melainkan mereka diberikan gaji yang layak dan kehidupannya sejahtera. Negaralah yang bertanggung jawab untuk memberikan jaminan dan fasilitas tersebut kepada seorang guru. Siswa dan orang tua pun hormat dan menaati perintah guru yang sesuai syariat. Guru menjadi teladan karena ketakwaannya di atas rata-rata. Guru tidak segan melakukan amar makruf nahi mungkar baik di sekolah maupun di masyarakat, sehingga terwujud suasana takwa dalam kehidupan bermasyarakat.


Hanya sistem Islam satu-satunya sistem yang memberikan kemuliaan dan penghormatan kepada guru. Pahala guru akan terus mengalir karena jasanya telah mengajarkan ilmu dan adab pada generasi. Terbukti, di masa kejayaan Islam lahir begitu banyak generasi hebat buah karya seorang guru yang melandaskan ketakwaan dan keimanan sebagai pondasi mendidik generasi. Jika menginginkan generasi emas dan hebat hadir kembali di tengah kaum muslim, maka wajib bagi kita berjuang untuk menegakkan sistem Islam kafah dalam naungan Khilafah. Wallahualam bissawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar