Kepemimpinan Sekuler Menyengsarakan, Kepemimpinan Islam Harapan Masa Depan

 



 

#Reportase — Terhimpunnya aktivis tokoh dan para mubaligah dalam acara Forum Diskusi Muslimah di Bekasi, dengan  tema "Kepemimpinan Sekuler Menyengsarakan, Kepemimpinan Islam Harapan Masa Depan", pada 22 Desember 2024, sangat antusias.

 

Agenda dibuka oleh  Ibu Elis Apriyanti Rahman, M.Pd., menyambut kedatangan para tokoh dan mubaligah di acara Ratu (Risalah Akhir Tahun). Acara tersebut dihadiri kurang lebih 70 peserta, di antaranya praktisi pendidikan/guru, praktisi kesehatan/dokter, dan lain-lain menyatu dalam forum tersebut.

 

Dilanjutkan lantunan ayat suci Al-Qur'an surah al-Anfal: 20 s.d. 24 dan surah an-Nur: 55 oleh Ibu Rosadah, dengan khidmat. Setelahnya, penayangan video berisi kerusakan penerapan sistem kapitalisme di berbagai sendi kehidupan yang berakibat penyengsaraan rakyat.

 

Sesi berikutnya adalah pemaparan dari narasumber yang pertama, Ir. Ummu Azkia Fahrina, M.A. Beliau menjelaskan berbagai problematika yang muncul tak kunjung terselesaikan. Saat ini, kepemimpinan sekuler dan sistem populis otoritarian yang melayani para oligarki dan komersialisasi seluruh layanan publik membuat kehidupan rakyat makin sempit. Umat pun tidak bisa menggantungkan hidup dengan sistem ini. Umat harus menerapkan hukum Allah dan aturan agama secara menyeluruh, imbuh beliau. Syariat Islam menetapkan profil pemimpin di antaranya adalah harus berkepribadian Islam yang kuat, takwa, dan cinta rakyat.

 

Narasumber kedua, Ibu Nining Salimah, S.Tp. Beliau memaparkan tentang kepemimpinan ala kapitalisme saat ini adalah rezim yang rakus akan harta publik. Ini sangat bertentangan dengan kepemimpinan Islam. Rakyat diperas dengan berbagai pungutan pajak. Singkatnya, dalam Islam, ada relasi ideal antara pemimpin dan rakyat sehingga hubungan penguasa dan rakyat saling mencintai.

 

Oleh karena itu, seorang pemimpin hanya boleh berhukum dengan hukum Allah. Di antaranya adalah: memberi nasehat dengan ketakwaan, tidak boleh menyentuh harta milik umum, dan menerapkan syariat Islam sebagai sumber lahirnya kebijakan. Hanya dalam sistem kepemimpinan Islam dapat terpilih sosok pemimpin yang didambakan sesuai kriteria tersebut di atas.

 

Sesi berikutnya adalah pertanyaan dan pernyataan. Antusias para peserta yang angkat tangan terlihat riuh selama diskusi berlangsung. Juga terpantau ingin saling berebut paling dulu bertanya. Ada sekitar tujuh peserta yang bertanya. Mereka mengekspresikan dengan perasaan sedih, haru, sekaligus penasaran dengan rasa ingin tahu lebih dalam akan halnya kepemimpinan Islam. Penanya pun merasa tercerahkan di tengah-tengah kondisi Gen Z yang banyak mengalami mental health dan akhlak amoral lainnya.

 

Seluruh pertanyaan terjawab dengan baik oleh dua narsum. Kemudian, dilanjutkan closing statement oleh Ustazah Nining dengan QS al-Maidah 2–3 dan oleh Ustazah Ummu Azkia Fahrina dengan QS al-Ashr 1–3. Kedua narsum bersepakat bahwa kepemimpinan populis otoritarian bertentangan dengan syariat Islam dan hal ini mengundang mudarat hingga kerusakan. Hanya dengan kepemimpinan Islam (Kekhilafahan), maka terwujud sosok pemimpin masa depan. Untuk ini, dibutuhkan langkah serius dalam berjuang agar dapat meraihnya. Pertanyaan penting bagi para peserta, sudah siapkah diri kita menjadi bagian pejuang itu?

 

Sesi selanjutnya, yaitu tayangan video terkait kondisi rusaknya penerapan sistem sekuler dan pentingnya dakwah menyebarkan opini umum untuk mewujudkan kesadaran umum. Dengan mendakwahkan Islam kepada seluruh masyarakat dengan metode dakwah yang dicontohkan oleh Rasulullah saw. demi melanjutkan kehidupan Islam.

 

Dilanjutkan sesi akhir, yaitu doa oleh Ukhti Rosadah. Sebelum acara berdoa bersama, ada selingan lagu "Rindu Rasul" dipandu oleh mbak Icha. Dan pesan dari host ucapan terima kasih kepada seluruh peserta semoga keberkahan dan pahala menyertai hadirin semua.[Hanimatul Umah]

 

Posting Komentar

0 Komentar