#Reportase — Muslimah Tadabur Al-Qur'an kembali menyelenggarakan agenda rutin kajian pada hari Senin, 16 Desember 2024. Kajian kali ini mengangkat tema "Merindukan Kepemimpinan Islam", dengan pemateri Ustazah Fatikah, S.Ag.
Kajian diawali dengan sambutan oleh Ketua Muslimah Tadabur Al-Qur'an Jakarta Utara, Ibu Dr. Rosmeinita, M.A. Beliau mengingatkan para peserta yang hadir tentang kewajiban menuntut ilmu agar mampu memahami Islam sebagai agama sempurna yang mengatur semua aspek kehidupan.
Pada sesi kajian inti, Ustazah Fatikah, S.Ag., menyampaikan bahwa tema kajian diambil sebagai evaluasi akhir tahun terhadap berbagai persoalan di negeri ini, mulai dari kasus PHK, kemiskinan, tawuran, bencana alam, dan lainnya. Sejatinya, muara permasalahan tersebut berpusat pada sistem dan kepemimpinan.
Dalam tafsir
ياأَيُّهَا الَّذِينَ ءَامَنُوا اسْتَجِيبُوا ِللهِ وَلِلرَّسُولِ إِذَا دَعَاكُمْ لِمَا يُحْيِيكُمْ وَاعْلَمُوا أَنَّ اللهَ يَحُولُ بَيْنَ الْمَرْءِ وَقَلْبِهِ وَأَنَّهُ إِلَيْهِ تُحْشَرُونَ
“Hai orang-orang yang beriman, penuhilah seruan Allah dan Rasul apabila Rasul menyeru kalian demi sesuatu yang memberi kalian kehidupan, dan ketahuilah bahwa sesungguhnya Allah membatasi antara manusia dan hatinya dan sesungguhnya kepada-Nyalah kalian akan dikumpulkan.” (QS al-Anfal [8]: 24)
Beliau menjelaskan kata istajibuu berarti ajiibuu (penuhilah). Makna memenuhi seruan Allah Swt. dan Rasul-Nya adalah mematuhi dan menaati semua perkara yang diseru oleh keduanya. Memenuhi panggilan Allah Swt. sejatinya adalah untuk kehidupan yang baik (hayaatan thoyyibah). Syaratnya ada dua: harus Islam kafah dan butuh kepemimpinan Islam.
Faktanya, saat ini kaum muslim belum menjalankan Islam kafah karena lepasnya simpul umat yang pertama yaitu pemerintahan. Lalu diiriringi dengan munculnya penguasa ruwaibidah.
Siapakah ruwaibidah itu?
Dalam HR al-Hakim, Nabi saw. menjawab ruwaibidah adalah orang bodoh (pemimpin) yang mengurusi urusan umat. Hal ini mengakibatkan berbagai kerusakan tampak di hadapan kita bahkan menjadi santapan sehari-hari.
Ustazah Fatikah, S.Ag., juga memaparkan kriteria individu pemimpin menurut Islam. Ada tiga kriteria untuk seorang pemimpin yaitu: al-quwwah (kekuatan aqliyah dan nafsiyah), at-taqwa, dan al-rifq bi at ra'iyyah (lemah lembut terhadap rakyat).
Beliau selanjutnya menyampaikan terkait tanggung jawab penguasa dalam hubungannya dengan rakyatnya. Sebagaimana dinukil dalam kitab Syakhsiyah Islamiyyah juz 2 halaman 161 karya Syekh Taqiyuddin an-Nabhani, disampaikan bahwa Allah telah memerintahkan kepada pemimpin agar senantiasa memperhatikan rakyatnya yang memberinya nasehat, memperingatkan kepada pemimpin untuk tidak sedikitpun menyentuh harta kekayaan milik umum, dan mewajibkannya memerintah rakyat hanya dengan Islam saja.
Antusias para peserta yang hadir tampak jelas ketika sesi diskusi. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah bagaimana pemimpin yang jahat bisa berkuasa; bagaimana agar bisa mewujudkan kepemimpinan Islam; apa yang bisa dilakukan oleh ibu-ibu muslimah menyikapi kondisi saat ini; dan apa langkah-langkah untuk menjadi muslimah yang kaffah; serta apa perbedaan pemimpin saat ini dengan masa kekhilafahan?
Ustazah Fatikah, S.Ag., merespon pertanyaan peserta secara langsung dan menyeluruh hingga menjadi sebuah kesimpulan. Beliau menjelaskan bahwa Islam telah lengkap dan sempurna mengatur langkah-langkah untuk mewujudkan kepemimpinan Islam. Hal ini telah dicontohkan oleh Rasulullah saw. melalui dakwah sebagai aktivitas utama yang harus dilakukan saat ini. Dakwah agar umat paham sejatinya pemimpin itu adalah pelayan/pengurus rakyat dan rakyat sadar bahwa sudah menjadi kewajiban penguasa untuk mengurusi mereka.
Berikutnya beliau menegaskan bahwa sosok pemimpin yang sadar akan tanggung jawabnya ini tidak mungkin lahir dari sistem politik sekuler demokrasi.Pada akhir penjelasan sesi tanya jawab Ustazah Fatikah, S. Ag., mengajak untuk bersama mewujudkan sistem yang akan melahirkan kepemimpinan yang islami. Acara diakhiri dengan pembacaan doa oleh Ustazah Chusnul Chotimah.[]
0 Komentar