#Reportase — Setidaknya ada tiga solusi Islam lahirkan sosok
pemimpin amanah.
Hal tersebut diungkap Mubaligah Kota Depok, DR.
Retno Muninggar, S.Pi., M.E., dalam kegiatan Refleksi Akhir
Tahun (RATU) 2024, "Kepemimpinan
Sekuler Menyengsarakan, Kepemimpinan Islam Harapan Masa Depan", Jumat,
(20/12/2024) di Depok.
Adapun ketiga solusi tersebut yakni: pertama, pemimpin
harus memberikan nasihat takwa kepada rakyatnya. Ia pun mengutip hadis yang diriwayatkan oleh
al-Bukhari yang bunyinya, “Tidak seorang hamba pun yang diberi kekuasaan
oleh Allah untuk memimpin rakyat, lalu dia tidak memperhatikan mereka dengan
nasihat, kecuali dia tidak akan mendapatkan bau surga.”
“Pemimpin yang sesuai dengan syariat Islam akan
senantiasa menjadi imam shalat, menyampaikan khutbah Jumat dan bertindak
sebagai khatib di Hari Raya. Tidak terucap dari lisannya selain kalimat takwa
yang semakin mengingatkan rakyatnya untuk selalu mendekatkan diri pada Allah
Swt.," terangnya di hadapan sekitar 100 lebih tokoh muslimah Kota Depok.
Kedua, seorang pemimpin diharamkan untuk menyentuh
harta milik umum. “Dalam sistem
Islam, harta milik umum seperti sumber daya alam tidak boleh dikuasai oleh
individu atau pihak asing. Namun, saat
ini banyak pemimpin justru menimbun kekayaan dan menyerahkan
aset publik kepada pihak swasta,”
tambahnya.
Ketiga, seorang pemimpin wajib menjadikan syariat
Islam sebagai sumber lahirnya kebijakan. Hal ini sesuai dengan firman Allah
Swt. dalam Al-Qur’an surah al-Maidah ayat 44 yang artinya, “Barang siapa
tidak memutuskan menurut apa yang diturunkan Allah, maka mereka adalah
orang-orang kafir.”
“Sosok pemimpin seperti ini tidak mungkin hadir
dalam politik sekuler demokrasi yang menghambakan aturan buatan manusia
dibanding hukum Allah. Sehingga lahirnya sosok pemimpin islami hanya bisa
dilahirkan dari sistem kepemimpinan Islam (Khilafah),” jelasnya.
Pemimpin Ruwaibidhah
Hadir pula pembicara lainnya, Ustazah Ir. Nanik Wijayati yang mengungkapkan terkait
fenomena ruwaibidhah (orang bodoh yang mengurusi urusan orang umum)
yang
digambarkan sebagai pemimpin yang tidak kompeten dan cenderung otoriter.
Ia pun mengutip
sebuah hadis yang artinya, “Akan tiba pada manusia tahun-tahun penuh
kebohongan. Saat itu, orang bohong dianggap jujur. Orang jujur dianggap bohong. Pengkhianat dianggap
amanah. Orang amanah dianggap pengkhianat. Ketika itu, orang ruwaibidhah
berbicara. Ada yang bertanya, ‘Siapa ruwaibidhah itu?’ Nabi menjawab, ‘Orang bodoh
yang mengurusi urusan orang umum." (HR al-Hakim, Al-Mustadrak
‘ala as-Shahihain, V/465)
“Ruwaibidhah bisa berarti sosok pemimpin yang tidak
memiliki kapasitas, ia hanya menuruti apa yang dimaui oleh tuannya. Maka ia
akan menjadi otoriter,” pungkasnya.[Maya]
0 Komentar