#Reportase — Forum Silah Ukhuwah Muslimah Bekasi Bersyariah (Fosmisy) menyelenggarakan kajian pada Minggu, 24 November 2024. Agenda kali ini mengangkat tema “Titik Nadir, Kerusakan Generasi Mengapa Terjadi?"
Tema tersebut diangkat karena faktanya saat ini, begitu banyak persoalan generasi yang terjadi di lingkungan sekolah, pergaulan, dan keluarga.
Acara dimulai dengan pembukaan, pembacaan Al-Qur'an, sambutan, dilanjutkan dengan penayangan video seorang anak kecil yang hidup di zaman modern dalam kondisi semua orang dewasa sibuk dengan urusannya masing-masing. Para orang tua terlena dengan pekerjaannya. Mereka kerap berkumpul dengan sosialita sambil asyik dengan 'smartphone'-nya. Masyarakat pun berlomba ingin viral dan menjadi menawan dengan berbagai cara tanpa peduli dengan nasib generasi. Sementara, para generasi hanya mampu menatap lugu sketsa kehidupan di sekitarnya. Begitulah potret generasi kini. Mereka tumbuh di tengah terjangan zaman tanpa pendampingan.
Pemaparan materi oleh narasumber pertama, Ibu Ulfa Maslahah, S.Psi., CHt., selaku Ketua KPAD (Komisi Perlindungan Anak Daerah) Kabupaten Bekasi. Beliau memaparkan data-data di KPAD mengenai kasus yang menimpa anak-anak saat ini. Kasus kekerasan termasuk kekerasan seksual yang dialami anak nyatanya dilakukan oleh orang tua kandung mereka sendiri. Terlebih lagi, ayah kandung menempati urutan pertama sebagai pelaku utama kekerasan. Apabila orang yang paling dekat dengan anak menjadi pelaku, maka siapa yang akan melindungi generasi?
Beliau menambahkan, kondisi tersebut merupakan indikasi adanya kesalahan dalam sistem kehidupan saat ini. Sistem pendidikan dan tatanan masyarakat memberikan banyak tekanan dari berbagai macam persoalannya. Oleh karena itu, beliau juga menyatakan untuk melakukan penjagaan generasi agar mereka berani mengungkapkan perihal kekerasan yang dialaminya kepada siapa pun yang mereka percaya dan segera mencari perlindungan yang tepat.
Pemaparan dari narasumber pertama mendapat tanggapan dari para panelis. Seorang dr. Waode Mariyana, SpOg., M.Kes., selaku dokter kandungan di RS Annisa Bekasi, menyampaikan fakta-fakta tentang anak-anak yang berkonsultasi karena kasus kekerasan seksual maupun hamil di luar nikah. Beliau sangat sedih dengan kondisi generasi saat ini. Di usia yang masih belia, mereka telah menjadi generasi yang rusak. Penyebabnya tidak hanya dari lingkungannya saja tetapi juga dari orang tua mereka. Himpitan persoalan rumah tangga, baik ekonomi dan masalah psikis berimbas pada kondisi generasi. Apalagi maraknya pergaulan bebas, campur baur dengan lawan ataupun sesama jenis menyebabkan peningkatan penyakit menular seksual pada generasi.
Ustazah Hj. Bay Maria Ulfah, S.Ag., M.Pd., selaku Ketua BKMM-DMI (Badan Koordinasi Majelis Taklim Masjid-Dewan Masjid Indonesia) Kabupaten Bekasi menyuarakan dengan tegas bahwa rusaknya generasi saat ini karena tidak ada penanaman akidah islamiah. Beliau juga menambahkan bahwa untuk menyelamatkan generasi hanyalah dengan akidah Islam.
Ustadzah Hj. Yayah H., S.Pd.I., selaku Wakil Ketua BKMM Kabupaten Bekasi. menyatakan pendapat yang sama bahwa generasi saat ini telah rusak karena kurangnya penanaman nilai agama dalam kehidupan. Sebagai wanita sekaligus ibu, wajib menyelematkan generasi dari berbagai rintangan dan persoalan yang mereka hadapi saat ini.
Ibu Delni Irawati D., S.T., selaku Kabid PP Partai Gelora Kota Bekasi menyampaikan dari sisi politik, bagaimana tugas partai politik sebagai jembatan komunikasi antara masyarakat dengan pemerintah sebagai penentu kebijakan. Beliau juga menambahkan bahwa sistem pendidikan saat ini sangatlah buruk terutama setelah adanya pengurangan jam pelajaran agama di sekolah.
Setelahnya, acara berlanjut dengan pemaparan materi kedua oleh Ustazah Maya Sri Maryani, S.Pd., M.Pd. Beliau memaparkan bagaimana solusi untuk mengatasi generasi yang telah rusak saat ini. Melalui pembangunan dan pembentukan karakter masyarakat berdasarkan akidah islamiah, akan lahir generasi yang berkepribadian Islam (syakhsiyah Islam) sebagai generasi muslim. Bukan hanya pada anak-anak saja, tetapi juga pada masyarakat yang akan menjadi penjaga sekaligus pelaku amar makruf nahi mungkar. Sebab, tujuan pendidikan dalam pemerintahan Islam adalah membentuk karakter "abdullah" (hamba Allah) dan khalifatullah yakni manusia yang diciptakan oleh Allah Swt. sebagai pemimpin di muka bumi.
Setelah pemaparan materi dan tanggapan dari para panelis, banyak peserta yang antusias bertanya. Beberapa pertanyaan yang diajukan adalah, “Bagaimana membangun kepercayaan anak-anak agar mau bercerita kepada orang tuanya? Bagaimana cara melindungi anak laki-laki yang berpotensi terdampak hubungan sesama jenis?”
Para pemateri menjawab pertanyaan dengan lugas agar anak mau bercerita adalah dengan membangun kepercayaan dan hubungan komunikasi yang baik antara orang tua dengan anak atau memberikan ruang bagi anak untuk berkomunikasi dengan orang yang ia percaya. Sedangkan cara melindungi anak-anak dari potensi hubungan sesama jenis, harus dengan membiasakan diri untuk berkata “tidak” pada ajakan-ajakan yang memasuki ranah privasi dan mengajarkan mereka batasan aurat baik terhadap lawan jenis maupun sesama jenis.
Acara berjalan sesuai harapan dan ditutup dengan pembacaan doa.[ Rifka Fauziah Arman]
0 Komentar