Siti Rima Sarinah
#MutiaraAl-Qur'an — Baru
saja kita memasuki tahun 2025 dan meninggalkan tahun 2024 dengan begitu banyak
persoalan kehidupan. Dalam menyikapi pergantian tahun pun beragam. Sebagian
masyarakat masih lekat dengan perayaan pesta tahun baru yang diwarnai hiruk
pikuk suara kembang api dan petasan. Mungkin perayaan tersebut sebagai bentuk
kebahagiaan menyambut tahun yang baru dengan harapan kondisi kehidupan akan menjadi lebih baik.
Namun di sisi lain, sebagian masyarakat pun sedang berduka karena begitu banyak
peristiwa yang menimpa bangsa ini dan terbayang semakin beratnya beban hidup di
masa yang akan datang.
Allah
Swt. berfirman, ”Sesungguhnya Allah tidak akan mengubah
keadaan suatu kaum sebelum mereka mengubah keadaan diri mereka sendiri. Dan
Apabila Allah menghendaki keburukan terhadap suatu kaum, maka tak ada yang dapat menolaknya dan tidak ada pelindung bagi
mereka selain Dia.” (TQS ar-Rad: 11)
Ayat
di atas dengan jelas Allah menegaskan bahwa tidak akan ada perubahan yang
terjadi pada diri manusia kecuali manusia itu sendiri yang mengubah keadaan
diri mereka. Terutama bagi kaum muslim yang telah diberikan akal dan diberikan
pula petunjuk berupa Al-Qur'an dan Sunnah, sebagai bekal bagi kaum muslim
mengarungi medan kehidupan agar mampu menghadapi problematika kehidupan dengan
solusi yang berasal dari syariat Allah Swt..
Kita
tentu menyadari bahwa persoalan yang menimpa bangsa ini dan negeri-negeri kaum
muslim lainnya dikarenakan diabaikannya Al-Qur'an dan Sunnah sebagai petunjuk
hidup manusia. Saat ini hukum yang berlaku adalah hukum buatan manusia yang
serba lemah dan terbatas. Kelemahan dan keterbatasan ini yang mengakibatkan
kehidupan kita dipenuhi berbagai persoalan yang tak berujung. Dari masalah
ekonomi, utang negara yang semakin menggunung, dan rakyat dipaksa membayar
pajak walaupun rakyat hidup dalam kemiskinan. Hukum peradilan tebang pilih,
kasus korupsi semakin menjadi-jadi bukannya dibasmi malah sang koruptor
diberikan hukuman yang sangat ringan, sedangkan warga yang terpaksa mencuri
untuk memenuhi kebutuhan perut diberikan hukuman yang sangat berat.
Kriminalitas dan kejahatan merajalela bak jamur di musin hujan, suami bunuh
istri, istri bunuh suami, bahkan anak membunuh orang tuanya seakan menjadi
tontonan keseharian kita. Bukan hanya itu, bahkan di seluruh lini kehidupan
kita terus diwarnai dengan berbagai
persoalan.
Dengan
kondisi seperti ini, pantaskah kita bergembira dan berpesta padahal kondisi
kita tidak baik-baik saja? Ataukah seharusnya kita merenung dan memuhasabah
diri, mengapa kondisi bangsa ini semakin terpuruk? Walaupun sering
berganti-gantinya pemimpin yang mengumbar banyak janji kepada rakyat dan
mengklaim dirinya sebagai orang yang peduli terhadap nasib rakyat. Tetapi
faktanya, pemimpin hari ini tak ada bedanya dengan pemimpin yang sebelumnya,
mereka sama-sama hanya memberikan kekecewaan dan penderitaan untuk rakyat.
Pilihan
ada di tangan kita dan setiap pilihan pasti ada konsekuensinya. Memilih untuk
bertahan dalam sistem aturan buatan manusia yang hanya memberikan persoalan
kehidupan dan penderitaan, atau memilih untuk kembali pada hukum syariat Allah
yang memberikan keberkahan bagi umat manusia dan Allah meridai kehidupan kita?
Tidak seharusnya negeri kita yang memiliki kekayaan alam yang melimpah ruah,
tetapi kondisi perekonomian rakyatnya sangat jauh dari kata sejahtera.
Setiap
muslim pasti sudah memahami tujuan penciptaannya di dunia ini adalah dalam
rangka ibadah, dan setiap amal perbuatan yang kita lakukan di dunia ini akan
dimintai pertanggungjawaban. Hakikat penciptaan inilah yang seharusnya
menyadarkan kaum muslim bahwa kehidupan di dunia adalah tempat untuk
mengumpulkan bekal kembali ke kehidupan akhirat yang abadi. Janganlah kita
menjadi orang yang merugi dan menyesal dikemudian hari akibat mengabaikan
kesempatan di dunia ini untuk menjadi bagian dari golongan hamba-hamba Allah
yang senantiasa berpegang teguh pada syariat-Nya.
Apa
yang menimpa saudara muslim kita di Gaza, seharusnya membuat kita segera
berbenah diri untuk bersegera bangkit memperjuangkan Islam dengan menggaungkan
dakwah kepada umat manusia, agar Islam menjadi tolak ukur dan pemahaman umat.
Sehingga umat hanya menginginkan Islam yang mengatur seluruh lini kehidupan
kita hari ini. Umat Islam memiliki potensi kekuatan yang sangat besar, apabila
potensi ini dipahami oleh umat maka bisa dipastikan kita akan keluar dari
cengkeraman sistem sekularisme yang membahayakan akidah dan kehidupan manusia.
Muhasabah
ini harusnya menjadi pecutan bagi kaum muslim agar kembali kepada Islam sebagai
agama fitrah manusia. Agar Islam dan umatnya menjadi umat yang mulia, disegani
oleh musuh-musuh Allah, sehingga mereka tidak berani untuk menzalimi dan
menganiaya kaum muslim. Muhasabah ini harus menjadi energi baru untuk kembali
pada konsekuensi syahadat kita yang akan mampu mengubah kondisi umat manusia
hidup dalam keberkahan dan kesejahteraan. Yang terpenting hakikat kebahagiaan
bagi setiap muslin adalah apabila ia hidup dalam aturan yang bersumber dari Penciptanya.
Wallahualam bissawab.[]
0 Komentar