Gencatan Senjata, Bukan Solusi Hakiki untuk Kemerdekaan Palestina

 


#Reportase — Salah satu momen istimewa di bulan Rajab adalah peristiwa Isra Mikraj Nabi Muhammad saw.. Mengambil momen Isra Mikraj tahun ini, telah diselenggarakan Masiroh Kubro pada hari Minggu (26-01-2025), mengambil tema Isra Mikraj: Umat Bersatu Bebaskan al- Aqsa dan Palestina. Aksi ini diikuti oleh puluhan ribu massa dari berbagai daerah yang hadir dengan berbagai moda transportasi, seperti bus, kereta api, mobil, dan motor. 



Massa berkumpul di Patung Kuda sebagai titik awal aksi kemudian longmars ke arah Kedutaan Besar Amerika Serikat. Aksi ini dilakukan sebagai bentuk pembelaan kepada muslim Palestina dan mengutuk keras kekejian Zionis yang mendapat dukungan penuh dari Amerika Serikat. 



Massa tampak antusias mengikuti aksi. Laki-laki dan perempuan, kaum muda bahkan yang sudah sepuh berjalan serempak sambil meneriakkan, "Free, free, Palestine" dengan semangat. Sesekali peserta aksi melantunkan salawat Asyghil mengikuti instruksi koordinator aksi. 



Tampak ratusan bendera al-Liwa dan ar-Raya berkibar gagah mengiringi langkah peserta aksi. Bendera ini adalah simbol persatuan umat Islam dan menunjukkan bahwa umat Islam adalah umat yang mulia yang tidak akan membiarkan saudaranya menderita. Tak hanya itu, giant banner dan berbagai poster yang bertuliskan seruan jihad, penolakan terhadap genosida, dan permintaan agar dikirimkan tentara ke Palestina hadir seolah-olah mewakili harapan peserta aksi.



Selain longmars dan orasi, rangkaian acara aksi bela Palestina lainnya adalah penandatanganan kain putih sepanjang 100 meter oleh peserta aksi. Penandatanganan ini sebagai bentuk dukungan mereka kepada Palestina.



Gencatan Senjata, Palestina Merdeka?



Selesai longmars, peserta aksi mendengarkan orasi-orasi menggugah yang disampaikan oleh para ulama. Hadir K.H. Rohmat S. Labib dan Ustaz Ismail Yusanto, yang menyampaikan bahwa persoalan Palestina hanya bisa diselesaikan dengan jihad dan Khilafah. Bukan solusi two state nation seperti yang ditawarkan oleh Barat. Para orator meyerukan agar para pemimpin negeri Islam mengirimkan tentara terbaiknya untuk berperang mengusir Zionis dari bumi Palestina.



Menyikapi isu gencatan senjata antara Hamas dan Israel, para orator mengingatkan bahwa gencatan senjata bukan solusi untuk Palestina. Sejatinya, gencatan senjata hanya bersifat sementara yang setelah selesai Zionis akan kembali menyerang Palestina. Lalu layakkah disebut sebagai solusi?



Merespons tema aksi dan dikaitkan dengan gencatan senjata yang sedang berlangsung, Ibu Retno Nugroho, S.Kom, M.Kom., seorang dosen dari Fakultas Teknik Universitas Islam 45 (Unisma) Bekasi mengatakan bahwa gencatan senjata sejatinya adalah  bentuk ketidakberdayaan Zionis terhadap perlawanan tentara Palestina yang tak pernah menyerah.



Beliau menggambarkan betapa rapinya koordinasi yang dilakukan oleh tentara Palestina. Setiap pemimpin yang syahid segera digantikan yang lain. Kondisi ini menjadi bukti bahwa tentara dan rakyat Palestina sangat kuat dan Zionis mulai frustasi. Namun, Bu Retno juga mengingatkan agar umat Islam jangan lengah, karena bisa jadi gencatan senjata hanya sebuah strategi Zionis untuk menyiapkan kekuatannya.



Senada dengan Bu Retno, seorang Tokoh Aktivis Sosial Kemasyarakatan, Ibu Sri Wahyuni menyampaikan, masalah Palestina sangat penting bagi seluruh umat Islam. Umat Islam tidak boleh tinggal diam dan wajib bersatu untuk menghentikan genosida di Palestina. Menyinggung persoalan gencatan senjata, beliau mengatakan agar rakyat Palestina dan umat Islam harus tetap waspada karena sifat Zionis yang selalu ingkar janji dan kerap melanggar kesepakatan.



Solusi Tuntas Masalah Palestina.



Saat ditanyakan apa solusi hakiki yang bisa menghentikan perang di Palestina, semua tokoh yang hadir menekankan bahwa solusi tuntas untuk masalah Palestina bukanlah yang ditawarkan oleh Barat. Solusi tersebut haruslah yang berasal dari syariat Islam yang dibawa oleh Rasulullah saw.,  yaitu jihad dan Khilafah.



Umat Islam di seluruh dunia harus bersatu untuk berjihad di bawah kepemimpinan khalifah. Hanya dengan jihad, Palestina akan benar-benar merdeka.



Tetap Doakan Muslim Palestina



Pembina Yayasan Yatim Piatu dan Duafa  Bina Muslim, Ibu Sayidha Murni berharap persoalan Palestina segera selesai dan memperoleh kemerdekaannya. “Sudah terlalu lama rakyat Palestina menderita. Umat Islam hendaknya bersatu dan berjihad membebaskan Palestina,” kata beliau. Namun, jika jihad  belum  bisa dilakukan saat ini,  maka kita tetap harus mendoakan mereka sebagai bentuk selemah-lemahnya pembelaan yang bisa kita lakukan.



Ibu Sri Wahyuni juga mengingatkan hal yang sama. Saat ini persatuan umat Islam dan berjihad  mungkin sulit dilakukan, tetapi doa umat Islam tetap dibutuhkan warga Palestina selain bantuan yang lain.




Gen Z Bicara Persoalan Palestina



Persoalan genosida di Palestina juga tak luput dari perhatian Gen Z. Nibras, salah seorang Gen Z yang ikut dalam aksi ini  mengatakan bahwa aksi membela Palestina ini sangat penting. Aksi ini sebagai bentuk kepedulian dan pembelaan kita kepada Palestina. Lebih jauh ia menyampaikan bahwa bantuan kepada rakyat Palestina harus tetap dilakukan. Obat-obatan dan makanan tetap harus dikirimkan, karena mereka membutuhkannya. Namun, yang paling penting adalah mengirimkan tentara untuk mengusir Israel dari tanah Palestina.



Saat ditanya bagaimana pendapatnya tentang generasi muda muslim yang seolah-olah abai dan acuh dengan persoalan Palestina,  Nibras mengingatkan agar anak muda jangan tertidur dan acuh kepada persoalan Palestina. “Ada kejahatan dan penjahat di sana, masak kalian diam saja,” tuturnya.[ISR]




Posting Komentar

0 Komentar