Karina Fitriani Fatimah
#TelaahUtama — Lagi! Pesta g4y terciduk di Jakarta. Kali ini penggerebekan tindakan biadab itu terjadi di hotel kawasan Jl. Rasuna Said, Kuningan, Jakarta Selatan pada Sabtu (01/02/2025) yang melibatkan 56 pria. Rentang usia kaum pelangi tersebut mayoritas berkisar 26 hingga 30 tahun dan berasal dari Jakarta, Banten, Bekasi, Jawa Barat, Sulawesi Selatan, serta Kalimantan Timur. Mirisnya dari 56 pria diketahui 4 pelaku berstatus ‘menikah’ dan 2 diantaranya adalah pihak penyelenggara. Yang lebih mencengangkang lagi para pelaku tindakan asusila tersebut 48 orang berprofesi sebagai pegawai swasta, 2 orang sebagai personal trainer (PT), 1 orang karyawan kontrak AVSEC Soetta, 1 orang dokter, dan 1 orang lagi bekerja sebagai guru bahasa Arab (cnnidonesia, 06/02/2025).
Pesta g4y bukan kali pertama menggegerkan masyarakat Kuningan, Jaksel. Pasalnya pada Agustus 2020 silam Direktorat Reserse Kriminal Umum (Direskrimum) Polda Metro Jaya mendapati pesta s3ks kaum h0m0 di Kuningan Suite. Padahal pada masa itu masyarakat dunia termasuk Indonesia tengah disibukkan dengan penetapan physical distancing (pembatasan fisik) akibat dari pandemi Covid-19. Namun, nyatanya kondisi genting semacam pandemi tidak menyurutkan ‘semangat’ kaum s0d0m untuk tetap menjalankan perbuatan laknat mereka.
Jauh sebelum Covid-19 ‘menyerang’ negeri, masyarakat pelangi juga sudah cukup eksis di Jakarta. Pada tahun 2017 saja terkuak 2 pesta s3ks g4y di Jakarta dengan jumlah peserta yang tidak sedikit, yakni pesta g4y di kawasan Harmoni, Jakarta Pusat dan di ruko kawasan Kelapa Gading Barat, Jakarta Timur. Pesta kaum s0d0m di sauna dan gym bernama Jakarta Sauna yang terletak di kawasan Harmoni terjadi pada Oktober 2017 dengan melibatkan 51 pria yang beberapa di antaranya adalah warga negara asing (WNA) asal Singapura, Thailand, dan China (inews.id, 04/02/2025).
Tidak kalah gebyar, Polres Jakarta Utara menggerebek pesta h0m0 “The Wild One” di Kelapa Gading yang melibatkan 141 laki-laki pada Mei 2017. Diduga aktivitas The Wild One telah berlangsung setidaknya 1 hingga 3 tahun lamanya. Pesta g4y rutin dilakukan dalam skala kecil di lantai 2 dan 3 ruko. Di lantai 2 diperuntukkan bagi pertunjukan tarian telanjang (striptis) dan lantai 3 dikhususkan untuk fasilitas spa yang berfungsi sebagai tempat para kaum g4y beredam sekaligus berhubungan s3ks (jakarta.bisnis.com, 22/05/2017). Sedangkan pesta g4y dalam skala besar disebut baru dijalankan dalam setahun terakhir dari penggerebekan.
Menjijikan! Kaum pelangi tampak tidak kapok melakukan perbuatan laknat mereka di negeri ini, khususnya Jakarta. Pasalnya, sekalipun Indonesia dikenal sebagai negara dengan populasi muslim terbesar di dunia, tetap saja bisa kecolongan. Hal ini terjadi tidak lain karena sistem hidup liberal yang dilestarikan di alam demokrasi dan dijalankan oleh negeri ini kian menumbuhsuburkan eksistensi kaum L987Q+. Penerapan sistem demokrasi yang mengagungkan kebebasan individu dalam berperilaku menjadikan setiap anggota masyarakat bebas menentukan arah hidupnya termasuk orientasi seksualnya. Pembatasan apa pun atas kebebasan individu dianggap menyalahi Hak Asasi Manusia (HAM) sekalipun kebebasan yang dimaksud meniscayakan kebinasaan umat manusia, yakni perilaku L987Q+.
Sungguh perlu diperhatikan bahwa bahaya L987Q+ sudah berada di titik yang sangat memprihatinkan. Pasalnya, aktivitas laknat tersebut sudah menjelma menjadi gerakan politik yang secara aktif melakukan penambahan jumlah pelaku dengan melakukan penularan-penularan salah satunya dengan pelaksanaan pesta s3ks g4y. Kaum pelangi menyadari betul bahwa eksistensi mereka bisa ‘terlindungi’ jika jumlah mereka signifikan dan lambat laun menyasar hukum positif global. Sehingga, harapannya tatkala political power (kekuatan politik) sudah cukup kuat, kaum s0d0m bisa mengubah eksistensi mereka sebagai sesuatu yang ‘normal’.
Pergerakan politik kaum L987Q+ cukup besar sekalipun di awal kemunculannya mendapat tantangan luar biasa. Bahkan di US sendiri, perilaku s3ks sesama jenis mendapat penentangan keras dari masyarakat hingga tahun 1950. Namun, kondisi tersebut berangsur berubah seiring masifnya kampanye L987Q+ di media mainstream Amerika. Awal tahun 90-an kemudian menjadi titik balik propaganda besar-besaran kaum pelangi melalui berbagai program TV, radio, film, musik hingga buku. Di saat itu pula mulai banyak bermunculan karakter-karakter pelangi dalam acara populer USA semisal Will and Grace, Modern Family, atau acara remaja Glee dan Teen Wolf hingga film-film anak karya Disney dan Pixar.
Celakanya, kondisi semacam di atas kini terjadi di Indonesia. Acara-acara Indonesia sudah mulai banyak diramaikan oleh para selebritis dan influencer yang profilnya lekat dengan kaum pelangi. Perilaku ‘gemulai’ bagi kaum Adam dan tomboy bagi kaum Hawa sudah mulai dinormalisasi terutama di sosial media semacam Tiktok dan Instagram. Bahkan pada Agustus 2023 lalu, dunia perfilman anak Indonesia sempat digegerkan dengan adanya konten kartun berjudul “Saat Kecelakaan Terjadi” keluaran akun Moonbug Kids Indonesia yang memiliki muatan L987. Dalam video berdurasi 25 detik tersebut tampak dua sosok pria dewasa dengan sebutan ‘ayah’ dan ‘papa’ yang membantu seorang anak yang terjatuh.
Propaganda L987Q+ tidak hanya difasilitasi oleh media tetapi juga didanai dan didukung oleh negara-negara barat terutama Amerika Serikat. Kedutaan Besar Swedia di Bangkok bersama Badan AS untuk Pembangunan Internasional (USAID) dan Program Pembangunan PBB (UNDP) meluncurkan proyek inisiatif untuk mendukung kaum L987Q+ di Asia dengan tajuk “Being L987 in Asia” yang fokus untuk China, Indonesia, Filipina dan Thailand. Proyek tersebut memiliki tiga tujuan utama yakni meningkatkan jumlah kaum pelangi dalam mobilisasi dan advokasi kebijakan di negara sasaran, mewujudkan perlindungan hukum bagi kaum pelangi dengan mengatasnamakan HAM, serta mengurangi stigma dan diskriminasi kaum L987Q+. Tidak tanggung-tanggung, proyek tersebut tercatat mendapat pendanaan sekitar US$8 juta (setara Rp129,8 miliar) dari USAID.
Keberhasilan program “Being L987 in Asia” mulai terlihat nyata di Asia tatkala pemerintah Thailand pada akhirnya melegalkan pernikahan sesama jenis pada Januari 2025. Keputusan tersebut dipercaya akan menjadi tekanan politik dan budaya bagi negara-negara muslim khususnya wilayah ASEAN, yakni Indonesia, Malaysia, dan Brunei Darussalam. Ironisnya dari tiga negara tersebut hanya Brunei Darussalam yang secara tegas memberi sanksi bagi pelaku L987. Indonesia sendiri tidak tegas menindak para pelaku asusila penyuka sesama jenis yang mengakibatkan kian maraknya perilaku L987.
Ketidaktegasan Indonesia dalam menindak perilaku menyimpang kaum pelangi terlihat jelas dari pengesahan KUHP (Kitab Undang-Undang Hukum Pidana) pada 2 Januari 2023 yang sama sekali tidak menyinggung sanksi pidana bagi kaum h0m0. Kondisi semacam ini sejatinya menjadi ‘lampu hijau’ bagi komunitas L987 yang melihat perilakunya tidak memiliki konsekuensi hukum apa pun dalam konteks pidana di negeri ini. Oleh karena itu, tidak mengherankan jika pesta s3ks g4y terjadi secara berulang di Jakarta khususnya tanpa adanya pemberian sanksi tegas bagi para pelakunya.
Bahaya L987 benar-benar laten dan meniscayakan kepunahan umat manusia. Komunitas pelangi secara terstruktur mengupayakan dalam penghancuran pemikiran mendasar bahwa manusia diciptakan sebagai pria dan wanita, bukan waria, transpuan apalagi biseksual. Lebih jauh, kaum Nabi Luth tersebut menginginkan adanya penanaman mindset sedari dini di masyarakat bahwa orientasi seksual adalah sesuatu yang alami. Artinya, keberadaan kaum pelangi dinarasikan sebagai sesuatu yang ‘tidak bisa dihindari’ alias kodrat manusia. Na'udzubillah!
Padahal Allah Swt. telah dengan tegas melaknat perilaku kaum pelangi sebagaimana yang tercantum dalam firman-Nya, “Maka ketika keputusan Kami datang, Kami menjungkirbalikkannya (negeri kaum Luth) dan Kami menghujani mereka dengan batu dari tanah yang terbakar secara bertubi-tubi.” (QS Hud: 82)
Wallahu a’lam bi ash-shawab.
0 Komentar