Kurikulum Islam Wujudkan Pendidikan Berkualitas

 



#Reportase — Pada hari Ahad, 23 Februari 2025, RM Area Jakarta Timur menjadi saksi dari semangat dan antusiasme para guru Muslimah dalam acara KGMI Meet Up yang mengusung tema "Kurikulum Islam Wujudkan Pendidikan Berkualitas". Acara ini dihadiri oleh sejumlah guru dari berbagai latar belakang, berkumpul untuk berbagi ide dan solusi dalam dunia pendidikan yang semakin kompleks.



Di awal acara, suasana diskusi semakin hangat saat beberapa guru memberikan respons terkait kelanjutan Kurikulum Merdeka. Mereka mengemukakan kekhawatiran tentang metode pembelajaran mendalam (deep learning) yang dapat meningkatkan kemampuan siswa, tetapi juga berdampak pada penggunaan gawai yang semakin memperparah kondisi peserta didik. Keresahan ini mencuat ketika membahas dorongan kurikulum yang memanfaatkan teknologi, seperti Coding dan AI, yang dapat memperburuk kondisi peserta didik jika tidak diimbangi dengan nilai-nilai agama dan kedisiplinan.



Narasumber Ibu Fatrin Ronayati, M.Pd., menjelaskan dengan gamblang mengenai  tentang fakta kerusakan generasi saat ini akibat ketidakjelasan kurikulum yang diterapkan saat ini termasuk kebijakan MBG yang jauh dari pelayanan pendidikan yang optimal. Adapun dalam peradaban Islam terkait peningkatkan kualitas SDM dengan cara optimalisasi kualitas pendidikan gratis di semua level masyarakat. Beda jauh dengan upaya pendidikan saat ini yang lebih fokus ke makan gratis bukannya pendidikan gratis. 



Kurikulum Islam berasaskan pada akidah Islam. Akidah merupakan perkara mendasar yang akan menentukan tujuan hidup. Pemahaman terhadap tujuan hidup ini akan menjadikan generasi memiliki visi dan misi unggul untuk menghasilkan peradaban Islam yang terdepan sepanjang zaman. 



Tujuan pendidikan dalam Islam adalah membentuk manusia yang memiliki kepribadian Islam, handal menguasai pemikiran Islam, menguasai ilmu-ilmu terapan IPTEK, memiliki keterampilan tepat dan berdaya guna. 



Pembentukan kepribadian Islam dilakukan di semua jenjang pendidikan yang sesuai dengan proporsinya dengan melalui berbagai pendekatan. Berikutnya, setelah mencapai usia balig, yaitu SMP, SMA, PT, materi yang diberikan bersifat lanjutan yaitu pembentukan, peningkatan, dan pematangan. Hal ini dimaksudkan untuk memelihara sekaligus meningkatkan keimanan serta keterikatannya pada syariat Islam. Indikatornya bahwa peserta didik dengan kesadaran yang dimilikinya telah berhasil melaksanakan seluruh kewajibannya dan mampu menghindari segala tindak kemaksiatan kepada Allah Swt.. Dari sinilah akan dihasilkan individu generasi yang memiliki kepribadian mulia dan paham akan makna kehidupan sehingga kelak akan dirasakan peranannya di masyarakat. Tidak sekadar peserta didik yang bisa menyelesaikan soal-soal HOTS dengan kesulitan tingkat tinggi tetapi minim dari sisi kepribadian. 



Pendidikan berbasis akidah Islam dalam kurikulum Islam akan mewujudkan pendidikan berkualitas pencetak generasi mulia sekaligus mendorong perkembangan ilmu pengetahuan dengan sangat pesat. 



Sekularisme yang menjadi asas sistem pendidikan saat ini telah menyebabkan rusaknya kepribadian generasi. Sistem sekuler ini tidak memiliki basis ideologi yang sahih, yaitu akidah Islam. 



Dalam forum ini juga diungkap banyak persoalan guru tentang fakta generasi saat ini sangat kental dengan faktor materi yang menjadi tujuan utamanya, ada pertimbangan gaji per jam hidup dihitung saat bekerja. Selain itu juga diungkap fakta generasi yang mau taat aturan-Nya, memang banyak berdampak perubahan pada dirinya saat ia yakin harus taat sebagai hamba-Nya. Namun, tidak optimal hasilnya saat semua elemen masyarakat, sekolah, dan negara tidak mendukung ketaatan yang sudah dilakukan secara individu tersebut. 



Adanya sanksi aparat hukum yang selalu didapatkan guru saat melakukan perbaikan kebaikan di sekolah menjadi hal yang wajar karena kehidupan masyarakat yang juga sekuler sekalipun para guru ini Insyaallah tetap istikamah amar makruf nahi mungkar atas sanksi tersebut. 



Hal ini menjadi tantangan guru untuk mengarahkan wali murid saat guru mendidik para murid untuk terikat aturan-Nya. Adanya penerapan pendidikan sekuler, membuat kelelahan guru yang ingin berusaha mendidik generasi taat aturan-Nya. 



Gaya hidup level guru juga bermasalah. Saat ada manfaat maka mereka bekerja sedangkan hal sebaliknya maka membuatnya tidak bekerja secara optimal. Inilah dampak berpikir atas asas manfaat. Sistem sekuler menciptakan kehidupan makin sulit di semua level masyarakat, kerusakan kepribadian generasi, sekaligus menjauhkan umat terikat aturan-Nya. 



Sekularisme yang menjadi asas sistem pendidikan saat ini telah menyebabkan rusaknya kepribadian generasi. Jadi mustahil generasi akan mendapatkan pendidikan yang berkualitas karena sekularisme tidak memiliki basis ideologi yang sahih. 



Hanya dengan sistem pendidikan Islam dengan kurikulum berlandaskan akidah Islam akan melahirkan output generasi berkualitas baik dari sisi kepribadian, penguasaan ilmu pengetahuan, dan penerapan ilmunya dalam masyarakat. Dengan demikian, Islam mampu menjawab persoalan kualitas pendidikan dan generasi bahkan mendorong terwujudnya peradaban yang mulia dan agung. 



Di akhir acara ditutup dengan doa bersama dan sepakat beramal bersama menjadikan profesi guru sebagai ladang pahala dengan mengoptimalkan seluruh potensi guru dalam upaya penerapan Islam kafah pendukung pendidikan berkualitas yang akan melahirkan generasi cemerlang peradaban Islam.



KGMI Meet Up menjadi momentum penting bagi para guru muslimah untuk bersinergi, berbagi pengalaman, dan memperkuat komitmen mereka dalam menciptakan pendidikan yang tidak hanya berkualitas, tetapi juga berlandaskan akidah Islam yang sempurna. Sebuah langkah kecil yang diharapkan dapat membawa perubahan besar dalam dunia pendidikan dan mencetak generasi masa depan yang mulia.[]


Posting Komentar

0 Komentar