Adab Anak Didik, Mengapa dan Bagaimana?

 


#Reportase — Jumat, 28 Februari 2025 berkumpul para guru muslimah dari berbagai sekolah tingkat SMP dan SMA/SMK se-Jakarta Utara di RM area Kelapa Gading, Jakarta Utara.



Sebuah diskusi terbatas  dipandu Ibu Yuni Martanti, M.Pd., dengan latar belakang kegelisahan para guru terkait semakin hancurnya adab murid kepada guru. Tema yang diangkat adalah "Adab Anak Didik, Mengapa dan Bagaimana?".



Pemutaran tayangan pembuka acara terkait realitas rusaknya adab murid kepada guru mewakili perasaan gelisah yang selama ini menghantui para guru muslimah yang hadir. 



Selanjutnya Ibu Fatrin Ronayati, S.P., M.Pd., sebagai Wakasek salah satu SMK di Jakarta mengawali pembahasan dengan mengupas penyebab semakin rusaknya adab murid kepada guru yakni peran sebagian orang tua yang justru mendukung semakin rusaknya adab murid. Hal itu tampak dari pembelaan di beberapa kasus teguran guru terhadap siswa bermasalah.



Beliau menambahkan hal di atas diperparah adanya tumpang tindih kebijakan menghasilkan biasnya kurikulum dengan pengurangan jam mapel agama, gambaran nilai karakter yang tidak jelas, adanya UU perlindungan anak yang menjadi payung hukum sulitnya menasehati murid karena dianggap melanggar hak asasi murid, termasuk dunia digital yang makin bebas nilai–banyak mempengaruhi pola sikap dan pola pikir murid.



Karut-marut rusaknya adab buah dari hancurnya pilar penyangga utama pendidikan yakni adanya sistem yang liberal kapitalis, juga hancurnya pilar kontrol masyarakat dan lepasnya peran orang tua.



Selanjutnya, pemateri kedua Ustazah Fatikah, S.Ag., menyampaikan gambaran yang bertolak belakang secara diametral terkait output generasi muda era Islam. Tercatat nama Usamah bin Zaid r.a. (18 tahun setara dengan usia murid kelas 12) saat itu sudah bergelar pemimpin pasukan menghadapi  sebuah pasukan terkuat masa itu dengan anggotanya adalah para pembesar di antaranya Abu Bakar dan Umar bin Khattab radiallahuanhuma.



Beliau menambahkan bahwa lahirnya seorang Usamah dan sahabat lainnya adalah buah pendidikan yang dilakukan Rasulullah saw.. Implementasi konsep pendidikan Rasullullah menetapkan bahwa pendidikan bukanlah sekedar media transfer ilmu pengetahuan melainkan "alat" pembentuk kepribadian islami yakni pembentuk pola pikir dan sikap/perilaku yang Islami.



Selanjutnya Ustazah Fatikah memberikan kiat menjadi guru strong akhir zaman yakni:


1. Meluruskan niat mengajar karena Allah. Hal ini penting untuk dilaksanakan para guru, terlebih akan memasuki bulan Ramadan, bulan berlimpah berkah. Dengan harapan ilmu yang disampaikan berkah membawa kebaikan dan perbaikan bagi murid.


2. Menyakini kemuliaan sebagai guru, semut pun turut mendoakan guru. 


إِنَّ اللَّهَ وَمَلاَئِكَتَهُ وَأَهْلَ السَّمَوَاتِ وَالأَرْضِ، حَتَّى النَّمْلَةَ فِى جُحْرِهَا وَحَتَّى الْحُوتَ، لَيُصَلُّونَ عَلَى مُعَلِّمِ النَّاسِ الْخَيْرَ 


Artinya :


"Sesungguhnya Allah dan para Malaikat, serta semua makhluk di langit dan di bumi, sampai semut dalam lubangnya dan ikan (di lautan), benar-benar bersalawat/mendoakan kebaikan bagi orang yang mengajarkan kebaikan (ilmu agama) kepada manusia." (HR Tirmidzi dan Thabrani)


3. Menyadari bahwa corak peradaban Islam ditentukan oleh para guru. Karenanya, para guru haruslah senantiasa  menjaga ketakwaan, berakhlak mulia, memiliki ilmu pengetahuan yang mumpuni, disiplin, profesional, dan memiliki kemampuan mendidik. 


4. Tawakal, bersabar, dan senantiasa mendoakan kebaikan anak didik. 


5. Bergabung di komunitas yang senantiasa mendukung para guru agar tetap "waras dan strong".



Saat sesi tanya jawab dibuka, secara antusias  para guru muslimah mengacungkan tangan dengan mengajukan aneka pertanyaan seputar materi yang disampaikan. Kedua pembicara menanggapi dengan jawaban yang gamblang.  Hal ini membuat peserta tergerak untuk hadir jika diundang kembali diacara diskusi terbatas guru.


Acara ditutup dengan lantunan doa syahdu oleh Ustazah Nurlis dan dilanjutkan dengan ramah tamah.[]


Posting Komentar

0 Komentar