#Reportase — Ramadan sudah di depan mata,
persiapan penyambutannya telah dilaksanakan di mana-mana.
Mulai sekolah-sekolah, masjid-masjid, begitu
juga di banyak TPA diadakan pawai Tarhib Ramadan
keliling. Hal itu dilakukan guna memberikan semangat kepada anak-anak agar
mereka menyambut Ramadan dengan gembira.
Penyambutan
Ramadan
ini juga sangat terasa di masjid-masjid yang tausiyahnya diisi tentang
penyambutan bulan suci yang akan datang sebentar lagi. Sejurus dengan itu, di
salah satu masjid di bilangan Jakarta Barat juga diadakan acara yang sama.
Acara
yang dihadiri ratusan orang ini berjalan dari pagi hingga sebelum azan zuhur
bergema. Walaupun harus duduk berjam-jam, mereka yang hadir khusyuk mendengar
serangkaian acara hingga akhir.
Dalam
kesempatan itu K.H.
Rokhmat S. Labib sebagai pembicara
tunggal membicarakan tentang Ramadan sebagai bulan berkah. Ia
katakan bahwa Rasulullah saw. menyebut secara spesifik
bahwa akan datang satu bulan yaitu bulan Ramadan. Kemudian diteruskan bahwa Ramadan
adalah syahrun mubarokun (bulan yang diberkahi).
Oleh
karenanya, manusia harus senang menyambut bulan suci ini. Kiai menjelaskan
bahwa rasa senang ataupun benci tidak boleh mengikuti emosi karena semuanya
diatur oleh syariat. “Sehingga saat mendengar syahrun mubarokun yang
terpatri dalam pikiran kita kebaikan itu adalah kebaikan yang hakiki,”
tegas kiai.
Kemudian,
Kiai Labib menjelaskan bagaimana makna dari barokah ini. Ia katakan bahwa
kata barokah terkait dengan segala sesuatu yang datang dari Allah Swt. oleh
karenanya manusia harus taat dengan hukum Allah dan bila melanggar pasti tidak
akan mendapatkan barokah sekalipun manusia menyebut perbuatan itu
sebagai sebuah kebaikan.
Selanjutnya
sang kiai menjelaskan mengapa Ramadan disebut sebagai syahrun mubarokun.
“Allah Swt. pada bulan itu mewajibkan puasa,” jelasnya. Selain bulan Ramadan
yang berkah, puasa yang diwajibkan oleh Allah Swt. pun demikian. Itulah sebab
manusia harus gembira karena banyak keberkahan di dalam bulan Ramadan sekaligus
pada puasanya.
Agar
pemahaman tentang keberkahan ini menjadi lebih dalam, maka Kiai Labib
memberikan dasar pemahamannya. Pada kitab Almufradat fii Gharibil Qur'an, al-Asfalani menulis bahwa barokah
adalah tetapnya kebaikan. Kebaikan yang dimaksud adalah yang bersifat ilahiah,
yaitu berhubungan langsung dengan cara pandang Allah Swt..
Hal
tersebut dikarenakan yang dipandang manusia baik, belum tentu baik selamanya,
begitu juga sebaliknya, apa yang dipandang manusia salah, belum tentu salah
selamanya. “Kalau sudah Alkhoirul ilahiy (kebaikan yang datang dari Allah Swt.),
berarti pasti kebaikan yang sebenarnya,” ujar Kiai Labib.
Dalam
hal itu, Kiai Labib memberikan gambaran kepada hadirin tentang baik dan buruk
dalam pandangan manusia. Bahwa suatu
waktu seorang bapak tertinggal dalam penerbangan gratisnya bersama Pesawat
Sukhoi. Pesawat yang baru saja diluncurkan ini kemudian lepas landas dan tidak
lama kemudian menabrak gunung.
Dalam
cerita ini tentu saat si bapak terlambat datang, ia merasa dalam kedaan buruk
dan merugi belum lagi mungkin saja sumpah serapah pun memenuhi mulutnya. Namun,
berbeda saat ia mengetahui bahwa pesawat tersebut kecelakaan, bisa saja justru
ia bersyukur bahwa ia bukan salah satu penumpangnya. Mudah sekali manusia
memberikan cap baik atupun buruk. Dengan demikian, yang dinamakan kebaikan
hakiki haruslah datang dari Sang Pencipta. Wallahualam.[]
0 Komentar