#Reportase — Senin, 17 Maret 2025, para
tokoh muslimah Jakarta Utara hadir memadati ruangan dalam kajian rutin yang
diselenggarakan oleh Muslimah Tadabur Al-Qur'an (MTA) Jakarta Utara. MTA kali
ini mengangkat tema "Meraih Dua Keutamaan:
Lailatul Qadar dan Amar Makruf Nahi Mungkar" (Tadabur QS al-Qadar).
Acara diawali dengan sambutan dari Ustazah
Hj. DR. Rosmeinita selaku Ketua MTA Jakarta Utara. Beliau menyemangati para
peserta agar giat mendalami Islam serta mengingatkan tanggung jawab para
muslimah dalam berdakwah.
Pada acara inti, Ustazah Dra. Murtiah
Mursalim sebagai narasumber pertama menguraikan dengan rinci tadabur dari surah
al-Qadar.
لَيْلَةُ ٱلْقَدْرِ خَيْرٌ مِّنْ أَلْفِ شَهْر.
تَنَزَّلُ ٱلْمَلَٰٓئِكَةُ وَٱلرُّوحُ فِيهَا
بِإِذْنِ رَبِّهِم مِّن كُلِّ أَمْرٍ.
سَلَٰمٌ هِىَ حَتَّىٰ مَطْلَعِ ٱلْفَجْرِ.
"Malam kemuliaan itu lebih baik
dari seribu bulan. Pada malam itu turun malaikat-malaikat dan malaikat Jibril
dengan izin Tuhannya untuk mengatur segala urusan. Malam itu (penuh)
kesejahteraan sampai terbit fajar."
Menurut Anas, Mujahid, Ibnu Jarir, dan Ibnu
Katsir, "amal, sedekah, shalat, dan zakat pada Lailatul Qadar lebih
baik daripada seribu bulan."
Ustazah Murtiah menyambung dengan
menyampaikan hadis,
.مَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا
غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
“Barangsiapa melaksanakan shalat pada
lailatul Qadr, karena iman dan mengharapkan pahala dari Allah, dosa-dosanya
yang telah lalu akan diampuni." (HR Bukhari, Muslim, Abu Dawud dan
Nasa’i, Ahmad).
Hadis ini menggambarkan bahwa "imanan
wa ihtisaban" merupakan syarat diampuninya dosa oleh Allah. Sedangkan
"ihtisaban" sendiri akan menjadikan seorang mukmin selalu berpikir
dan menghitung-hitung amalnya serta berharap amalnya diterima oleh Allah.
Selanjutnya narasumber kedua, Ustazah Dra.
Husnul Chotimah menyampaikan hadis Rasulullah saw. yang berbunyi, "Berjaga-jaga
satu jam di medan perang fi sabilillah adalah lebih baik daripada menghidupkan
Lailatul Qadar di dekat Hajar Aswad." (HR Ibnu Hibban dan al-Baihaqi).
Hadis ini menjelaskan bahwa berjaga di
perbatasan (ribath) satu jam saja lebih baik daripada menghidupkan
Lailatul Qadar. Hal ini menegaskan keutamaan jihad fi sabilillah.
Beliau menambahkan dengan hadis kedua,
yakni, "Jihad yang paling utama adalah menyampaikan kebenaran di
hadapan penguasa yang zhalim." (HR Ahmad dan Abu Dawud)
Ustazah Husnul mengungkapkan bahwa
pelaksanaan kewajiban menyampaikan kebenaran di hadapan penguasa yang zalim
(amar makruf nahi mungkar) sangat relevan dengan kondisi umat saat ini. Sebab,
berbagai kemaksiatan terjadi merata akibat tidak diterapkannya hukum Allah.
Beliau pun mengingatkan bahwa meninggalkan
hukum Allah ini merupakan kemaksiatan terbesar yang di dalam surah al-Maidah
pelakunya disifati Allah dengan kafir, zalim, atau fasik.
Beliau juga menyatakan pentingnya amar makruf
nahi mungkar agar terwujud penerapan hukum Allah. Hal ini agar ketaatan kaum
muslimin terhadap Islam terjaga. Sejalan dengan perkataan Imam Ghazali, "Agama
dan kekuasaan adalah saudara kembar. Agama merupakan fondasinya sedangkan
kekuasaan adalah penjaganya."
Penyampaian dari dua narasumber direspon
antusias oleh para peserta. Pada sesi diskusi yang berlangsung hangat, banyak
sekali pertanyaan yang diajukan. Di antaranya seputar aktivitas menghidupkan
Lailatul Qadar, sikap umat Islam terhadap pemerintah yang tidak menerapkan
hukum Islam, dan cara untuk mewujudkan persatuan umat Islam.
Kedua narasumber merespon pertanyaan
peserta dengan jawaban yang lugas. Beliau menegaskan bahwa Ramadan adalah saat
yang paling tepat untuk semangat meraih dua keutamaan yakni Lailatul Qadar dan
amar makruf nahi mungkar. Peserta juga diajak untuk mengkaji Islam kafah secara
rutin sebagai bekal beramar makruf nahi mungkar menuju persatuan umat Islam.[]
0 Komentar