Hanin Syahidah
#CatatanRedaksi — Tercatat setahun ini daya beli masyarakat di negeri ini kian susut dan surut. Jumlah produksi menurun imbas barang menumpuk tak terjual karena angka penurunan perputaran uang juga menurun. Terlebih PHK di mana-mana, makin bertambahlah nestapa dan derita rakyat jelata.
Dilansir dari kumparan.com (6/4/2025), Bank Indonesia dan BPS (2025) melaporkan bahwa deflasi tahunan pada Februari 2025 tercatat sebesar -0.09% dan deflasi bulanan sebesar -0.48%. Hal ini menandakan bahwa meskipun ada lonjakan konsumsi pada beberapa sektor, daya beli masyarakat secara umum menurun.
Direktur Ekonomi CELIOS, Nailul Huda menyebutkan Indeks Penjualan Riil (IPR) pada Januari 2025 turun menjadi 211,5, lebih rendah dibandingkan Desember 2024 yang mencapai 222. “Artinya, konsumen yang tidak yakin akan perekonomian tahun 2025, mendorong penjualan eceran kita juga turun. Akibatnya, daya beli masyarakat kian terperosok di awal tahun 2025 (Infobanknews.com, 1/4/2025).
Deflasi secara tahunan terjadi di Indonesia setelah 25 tahun, kalau toh sempat terjadi inflasi di satu bulan yang lalu dinilai oleh para ahli itu inflasi semu. Terbukti angka pemudik juga turun 20%, penjualan hampers lebaran, baju-baju baru juga mengalami penurunan. Pedagang di pasar juga mengeluhkan hal itu. Biasanya lebaran menjadi dongkrak geliat pasar karena akan masifnya konsumsi, tetapi lebaran kali ini terjadi kelesuan di pasar, termasuk juga di mall. Beberapa pedagang menyebut hanya sektor-sektor konsumsi dan gerai makanan yang banyak diserbu oleh konsumen. Pakar ekonomi sekaligus dosen di Universitas Terbuka Tangerang Selatan, Dr. Ira Geraldine melihat dalam kondisi deflasi kali ini masyarakat cenderung menahan untuk membeli barang konsumtif lain, mereka hanya akan fokus membeli barang kebutuhan pokok sehari-hari mereka dan jika ada kelebihan uang mereka akan fokus pada pembelian emas yang memiliki nilai jual tinggi yang nantinya akan bisa dijual lagi jika ada kebutuhan mendesak.
Begitulah kondisi negeri ini hari ini, tak ayal lagi jumlah rakyat miskin bukannya makin menurun, tetapi malah tambah meningkat. Karena dalam perhitungan sistem kapitalisme yang diterapkan hari ini rakyat berjibaku sendiri dalam hidupnya, jadi survival value secara materiel yang akan bertahan. Sementara yang tidak memiliki materi bahkan yang mengais-ngais penghasilan harian akan bernasib sama. Di awal 2025 ini saja, jumlah rakyat miskin dengan penghasilan 10.739/hari masih tinggi. Menteri Koordinator Pemberdayaan Masyarakat (Menko PM) Muhaimin Iskandar atau Cak Imin mengatakan, sebanyak 3,1 juta penduduk Indonesia masuk kategori miskin ekstrem. Hal ini disampaikan Cak Imin usai rapat koordinasi data tunggal sosial ekonomi bersama Kementerian Sosial, Kementerian UMKM, Kementerian Keuangan, Kementerian Koperasi, Sekretaris Negara, dan Badan Pusat Statistik (BPS). (Kontan.co id, 5/2/2025)
Posisi negara dalam kapitalisme memang hanya berfungsi sebagai fasilitator bagi individu untuk berkompetisi secara ekonomi, sehingga siapa pun pihak yang memiliki akses yang kuat secara modal dalam kompetisi akan maju sementara yang lemah akan kalah. Satu ciri khas hukum rimba. Kondisi kehidupan yang sangat jauh berbeda dengan Islam. Dalam Islam posisi negara sebagai pelayan dan pengurus rakyatnya sedapat mungkin negara hadir untuk rakyat memberi kemudahan akses ekonomi kepada rakyatnya per-individu, negara memastikan kebutuhan sandang, pangan, papan mereka tercukupi dengan baik.
Biasanya negara membuka lapangan pekerjaan seluas-luasnya untuk angkatan usia produktif, sementara untuk lansia dan cacat akan dipastikan oleh negara apakah ada wali/keluarga yang bisa merawatnya, jika tidak ada maka negara yang wajib mengurusnya. Negara dengan konsep ekonomi Islam yang tegas terhadap kepemilikan menjadi jelas pembagiannya, kepemilikan individu bisa diakses masing-masing mukmin dengan seoptimal mungkin. Sementara kepemilikan umum dikelola negara, tetapi digunakan sebesar-besarnya untuk kemaslahatan rakyat misalnya dengan pendidikan dan kesehatan yang berkualitas dan gratis.
Begitupun kepemilikan negara, negara dalam hal ini khalifah akan berupaya sekuat tenaga di garda terdepan untuk mensejahterakan rakyatnya. Termasuk membangun geliat ekonomi secara riil di tengah masyarakat. Bukan seperti kapitalisme yang justru dominasi ekonomi terjadi di sektor nonriil (bursa saham) dan inilah salah satu yang menjadikan kondisi pasar riil hari ini sepi. Maka, berharap kesejahteraan dalam sistem kapitalisme sekuler hanya mimpi, sungguh hanya sistem Islam yang akan mensejahterakan, itu janji Allah.
Maka, kita harus merenung akan Firman Allah surah Toha ayat 124 yang artinya “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan menghimpunkannya pada hari Kiamat dalam keadaan buta.” Wallahu a'lam bi asshawwab.
0 Komentar