Hati-hati Moderasi Beragama Berkedok Gema Ramadan, Umat Perlu Waspada

 


Euis Hasanah 


#Jakarta — Moderasi beragama terus digaungkan. Seperti yang diberitakan, Wali Kota Administrasi Jakarta Pusat, Arifin dan Ketua TP-PKK Jakarta Pusat, Witri Yenny Arifin menghadiri Gema Ramadan. Kegiatan ini dalam rangka berbuka puasa lintas agama sekaligus memberikan santunan kepada 100 anak yatim yang berada di wilayah Kecamatan Sawah Besar.


Wali kota menyampaikan berbuka puasa dengan lintas agama, merupakan cara menunjukkan bahwa kita bisa menjaga saudara-saudara yang berbeda agama, saling menghormati, saling memberikan kesempatan, dan juga saling melindungi (pusat.jakarta.go.id, 27/3/25)


Sebelum adanya program moderasi beragama, padahal umat Islam dan nonmuslim selama puluhan tahun tidak ada masalah. Dengan pernyataan seperti itu, justru umat Islam seolah-olah menindas nonmuslim dan intoleransi. Nada yang disampaikan mengandung provokatif, berbahaya dan mengotak-ngotakkan. Akhirnya, bisa saja sembarangan untuk diasumsikan.


Takbisa dipungkiri, pertemuan tersebut masih berkaitan dengan moderasi beragama. Karena moderasi beragama adalah agenda pemerintah dan makin gencar dilaksanakan, mulai di dunia pendidikan, pesantren, dan instansi pemerintah. Seperti yang tertera dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJMN) 2020—2024 dan 2025—2029, serta dalam Peraturan Presiden (Perpres) Nomor 58 Tahun 2023 jelas menjadi agenda nasional. Kemenag sendiri menjadi Leader Sector Implementasi penguatan moderasi beragama di Indonesia oleh Badan Perencanaan Nasional (Bappenas).


Seperti yang disampaikan Menag Nasaruddin Umar. Moderasi beragama adalah kunci dalam menciptakan suasana yang harmonis di tengah masyarakat yang beragam. Dengan moderasi, kita dapat membangun sikap keberagamaan yang saling menghargai, menolak ekstremisme, dan memperkuat kerukunan antarumat beragama. Kepemimpinan yang inklusif akan mengedepankan nilai-nilai ini dalam setiap kebijakan dan tindakan (harokatuna.com, 24/2/25).


Moderasi beragama bukan berasal dari Islam, justru lahir dari rahim Barat, yakni sekularisme. Sekularisme adalah paham memisahkan agama dari kehidupan dan bernegara, agama hanya mengurusi ibadah ritual berupa salat, zakat, puasa, dan haji. Sedangkan urusan manusia dengan dirinya dan sesamanya diserahkan kepada akal manusia. 


Setelah Khilafah runtuh, umat Islam tidak ada perisai lagi. Namun, ada sebagian kaum muslim sampai sekarang menginginkan Islam kembali tegak dan melakukan perjuangan dengan dakwah. Akan terapi, dapat tantangan dari Barat. Barat melakukan tipu daya agar Islam tidak kembali menjadi tatanan kehidupan dengan Islam diberikan stigma negatif. Barat membagi dua; ada Islam moderat  yang menerima paham dan arahan Barat, dan ada Islam fundamentalis yang menurut Barat masih melaksanakan aturan syariat. 


Maka dari itu Barat terus berupaya menjauhkan umat Islam dari aturan dan dakwah. Sebelum tercetus istilah moderasi beragama, Barat menggunakan Islam Liberal dan Islam Nusantara. Namun, umat Islam meyakini hal itu bukan dari ajaran Islam. Sebenarnya moderasi dari kata moderat, artinya jalan tengah atau kompromi. Maka sangat berbahaya jika umat Islam percaya dengan moderasi beragama atau sampai memperjuangkan.


Moderasi beragama mengajarkan toleransi yang kebablasan, seperti boleh mengucapkan salam dan selamat hari raya non-Islam. Dan juga memandang semua agama adalah sama, serta menghalalkan mengikuti acara keagamaan diluar Islam. Islam adalah agama sempurna, diturunkan oleh Allah Swt. melalui Nabi Muhammad saw.. Islam tidak memerlukan ajaran atau paham dari luar, "Sesungguhnya agama (yang diridai) di sisi Allah ialah Islam." (TQS Al-Imran: 19).


Umat Islam jangan mudah terbawa arus rayuan Barat terus berupaya untuk meningkatkan pemahaman Islam kafah dan perjuangan dakwah. Karena musuh-musuh Islam akan senantiasa menghalang-halangi tegaknya Islam. Allah Swt. memberikan kabar kepada kita tentang musuhnya, "Mereka berkehendak memadamkan cahaya (agama) Allah dan mulut (ucapan-ucapan) mereka, dan Allah tidak menghendaki selain menyempurnakan cahaya-Nya, walaupun orang-orang kafir tidak menyukai." (TQS at-Taubah: 23).


Sudah saatnya umat Islam menyatukan misi untuk menangkal moderasi beragama. Dengan terus berupaya dakwah agar  Islam kembali tegak dalam naungan daulah Khilafah islamiah. Wallahualam bissawab.[]

Posting Komentar

0 Komentar